Minggu, 17 November 2019

ASUHAN KEBIDANAN CONTINIUTY OF CARE TERHADAP NY.H UMUR 32 TAHUN G3P2A0 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU DENGAN PENATALAKSANAAN ANEMIA RINGAN DI PMB TETY SEPTIANA, SST LAMPUNG SELATAN TAHUN 2019


ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE TERHADAP NY.H
UMUR 32 TAHUN G3P2A0 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU
DENGAN PENATALAKSANAAN ANEMIA RINGAN
DI PMB  TETY SEPTIANA,S.ST
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2019




Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Akedemi Kebidanan Adila
  Bandar Lampung

DISUSUN OLEH :
EKA SEFTA FAUZIA
201611056P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
BANDAR LAMPUNG






TAHUN 2019



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran allah swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung selatan tahun 2019. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis berterima kasih mendapatkan bimbingan dan bantuan, pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada :

  1.       Dr. Wazni Adila, M.P.H selaku Direktur STIKES Kebidanan Adila Bandar Lampung.
  2.       Gusrika rambe,M.Keb selaku pembimbing akademik.
  3.       Tety septiana,S.ST selaku pembimbing lahan.
  4.       Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan pada masa yang akan datang. semoga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Mei 2019
                                                                                                Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.............................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah......................................................................................... 4
            C.  Tujuan Penulisan........................................................................................... 5
            D.  Manfaat Penelitian........................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN TEORI
A.Tinjauan Teori Anemia................................................................................ 29
     BAB III METODELOGI PENELITIAN
          A.  Jenis Laporan .......................................................................................... 123
B.  Lokasi dan Waktu.................................................................................... 124
C.  Subjek Laporan ....................................................................................... 125
D. Tekhnik Pengumpulan Data ...................................................................  125
E. Instrumen Laporan ....................................................................................127
F. Tri Anggulasi Data ................................................................................... 127
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Kunjungan ANC 1 .................................................................................. 130
B. Kunjungan ANC 2 ................................................................................... 146
C. Kunjungan ANC 3 ................................................................................... 150
D. Kunjungan INC........................................................................................ 153
E. Kunjungan PNC 1..................................................................................... 179
F. Kunjungan PNC 2..................................................................................... 191
G. Kunjungan PNC 3.................................................................................... 194
H. Kunjungan PNC 4.................................................................................... 196

BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan ANC  .................................................................................. 199
       B. Pembahasan INC ....................................................................................  247
C.Pembahasan PNC...................................................................................... 263


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 280
B. Saran ........................................................................................................ 281

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari.......................................... 10
Tabel 2.2 Bentuk Uterus Berdasaran Usia Kehamilan..................................... 11
Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT.................................................................... 25
Tabel 2.4 Lama TFU Involusi Uterus .............................................................. 70
Tabel 2.5 Tabel APGAR.................................................................................. 80

DAFTAR LAMPIRAN

1.      Alat dan bahan
2.      Informed consent
3.      Leaflet anemia dalam kehamilan
4.      Leaflet Tanda Bahaya Kehamilan
5.      Leafet Persiapan persalinan
6.      Leaflet Asi
7.      Leaflet Kb
8.      Patograf
9.      Buku KIA
10.  Lembar Konsul

CURICULUM VITAE


Nama                                       : EKA SEFTA FAUZIA
Nim                                         : 201611056P
Tempat/tanggal lahir               : Bandar Lampung, 02 September 1997
Alamat                                     : Jalan bhayangkara rajabasa raya Bandar Lampung
Institusi                                    : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Adila Bandar Lampung
Angkatan                                 : XI (Sebelas)
Riwayat Pendidikan              
·          
       TK Ismaria                                                                  : 2003
·         SDN Negeri 1 Rajabasa Raya                                     : 2009
·         SMP Negeri 20 Bandar Lampung                              : 2012
·         SMA Negeri 13 Bandar Lampung                              : 2015
·         D III Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung    : 2019



           BAB 1
PENDAHULUAN
A.       Latar belakang
     Asuhan kebidanan Continuity of care merupakan bagian dari filosofi kebidanan. Continuity of care mempunyai arti bahwa seorang wanita mengembangkan kemitraan dengan bidan untuk menerima asuhan selama masa kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas.(Astuti,2017,h.30)

     Badan Kesehatan Dunia atau Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35 -75% ibu hamil dinegara berkembang dan 18% ibu hamil dinegara maju mengalami anemia. namun banyak antara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi,dengan perkiraan prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil dinegara berkembang dari 12% dinegara yang lebih maju.(Prawirahardjo,2014,h:777)


1
 
     Menurut Riskesdas 2018 didapatkan hasil anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil di Indonesia, 24% ibu hamil di usia 45-54 tahun, 33,6% ibu hamil di usia 35- 44 tahun, 33,7% ibu hamil di usia 25-34 tahun dan 84,6% ibu hamil di usia 15-24 tahun. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan. Hasil Riskesdas 2018 ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) ≥90 tablet 38,1% dan <90 tablet 61,9%. (Kementerian kesehatan republik Indonesia,2018)
     Penyebab kematian terbanyak di provinsi Lampung tahun 2015 adalah perdarahan sebanyak 46 kasus dan salah satu penyebab perdarahan adalah anemia yang juga merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu terutama dalam kehamilan. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015, h. 43)
   Cakupan ibu hamil dengan tablet Fe di Provinsi Lampung tahun 2015 sebesar 83%, dimana capaian ini belum mencapai target yang diharapkan yaitu lebih dari 92% untuk tablet Fe. Rendahnya konsumsi tablet Fe inilah yang menyebabkan ibu mengalami anemia. (Profil Dinas Kesehatan Lampung,2015, h. 86)

    Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan yaitu Hb 11g% tidak anemia, Hb 9-10 anemia ringan, Hb 7-8 anemia sedang dan Hb <7g% anemia berat.( Manuaba, 2014, h.237).

     Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ristica pada tahun 2013 dengan judul “tentang faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil” dapat diketahui bahwa konsumsi zat besi selama hamil menunjukkan hubungan sebab akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Konsumsi zat besi <30 butir /bulan menyebabkan anemia pada ibu hamil dibandingkan ibu hamil dengan konsumsi zat besi >30 butir/bulan. Keperluan akan zat besi pada kehamilan akan bertambah terutama pada trimester akhir, pada proses pematangan sel darah merah zat besi diambil dari transferin plasma yaitu cadangan besi dalam serum. Apabila cadangan plasma tidak cukup maka akan mudah terjadi anemia. ( Jurnal kesehatan komunitas, vol.2 No.2, 2013)
     Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia bisa karena kurangnya zat besi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang  sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah,2014,h.114)

  Dampak anemia pada kehamilan yang meliputi (abortus, prematur, IUGR, mudah terinfeksi,molahidatidosa, HEG, perdarahan antepartum, KPD), persalinan (gangguan his, kekuatan mengedan, kala I memanjang, Kala II lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum, atonia uteri), nifas (infeksi puerpurium, pengeluaran ASI berkurang, anemia nifas, infeksi mamae), dan pada bayi ( IUFD , BBLR, cacat bawaan, bayi mudah terinfeksi). (Manuaba, 2014,h.240)

     Pencegahan dan terapi anemia yaitu setiap tablet untuk penanggulangan  gizi mengandung. Ferro sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental 0,25 mg asam folat. Tablet zat besi yang harus diminum ibu selama hamil adalah satu tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari pada masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.(Fatonah,2016,h.101)
    Pemberian preparat 60 mg / hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%. (Mangkuji dkk,2013, h.50)

   Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh masini tahun 2017 didapatkan bahwa terdapat pengaruh pemberian tablet fe dan sari kacang hijau terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. Di dalam kacang hijau mengandung zat besi sebanyak 2,25 mg dalam setiap setengah cangkir kacang hijau juga mengandung fitat sebesar 2,19% fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan untuk merendam kacang hijau sebelum mengolahnya, pengolahan kacang hijau melalui perendaman sebelumnya bertujuan memudahkan penyerapan zat besi yang diperlukan untuk maturasi sel-sel darah.(Jurnal kebidanan,vol.6,no.12,2017)

     Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap Ny. H Umur 32 Tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada laporan tugas akhir ini “ Bagaimana asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap Ny. H umur 32 tahun usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST  Lampung selatan tahun 2019?”

C.       TUJUAN
1.      Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA S.ST  Lampung Selatan Tahun 2019.
2.      Tujuan Khusus
a.    Melakukan pengumpulan data subjektif yang dilakukan terhadap Ny. H Umur 32 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 32 Minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung  Selatan Tahun 2019.
b.    Melakukan pengumpulan data objektif yang dilakukan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
c.    Melakukan analisis data yang dilakukan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan Penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
d.      Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penatalaksanaan anemia ringan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia  ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
e.       Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik yang telah di lakukan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST  Lampung Selatan Tahun 2019.

D.       MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan dapat menerapkan teori yang didapatkan dibangku kuliah dalam praktek dilahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan.
2.    Bagi klien dan masyarakat
Diharapkan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of Care serta mutu pelayanan kebidanan terutama asuhan ibu hamil, bersalin, nifas dan KB.
3.      Bagi institusi
Diharapkan dengan adanya hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan penanganan kasus pada masa kehamilan dengan anemia ringan.


BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.  Konsep Dasar
1.    Kehamilan
a.    Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 sampang minggu ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga minggu ke 40).(Prawiharjdo,2014,h.213)
b.   Standar Asuhan Kebidanan
1)      Kunjungan Antenatal Care ( ANC) minimal :
a)      Satu kali pada trimester I ( usia kehamilan 0 – 13 minggu )
b)      Satu kali pada trimester II ( usia kehamilan 14 – 27 minggu )
c)      Satu kali pada trimester III ( usia kehamilan 28 – 42 minggu )

7
 
(Sulistyawati, 2016, h. 4)
2)      Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu :
a)      Menimbang berat badan
b)      Mengukur lingkar lengan atas ( LILA)
c)      Mengukur tekanan darah
d)     Mengukur tinggi fundus uteri ( TFU )
e)      Menghitung denyut jantung janin ( DJJ )
f)       Menentukan persentasi janin
g)      Memberikan imunisasi tetanus toksoid ( TT)
h)      Pemeriksaan laboratorium
i)     Tata laksana/ penanganan kasus
( Astuti dkk, 2017, h. 124 – 126)

c.    Tujuan Asuhan Kehamilan
1.      Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin.
2.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan bayi.
3.      Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.
4.      Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5.      Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan dengan normal.
6.      Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
( sulistyawati,2016, h.4)

d.   Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil
1)   Sistem Reproduksi
a)    Ukuran Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomondasi pertumbuhan janin.

Tabel 2.1
TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari
Usia Kehamilan (Minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12
3 jari diatas simpisis
16
Pertengahan pusat simpisis
20
3 jari dibawah pusat
24
Setinggi pusat
28
3 jari diatas pusat
32
Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus (px)
36
3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
                           Sumber :Sulistyawati,2016,h.59
b)   Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.

Tabel 2.2
Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan
       Usia Kehamilan
          Bentuk dan Konsistensi Uterus
      Bulan Pertama   
        Seperti buah alpukat
     Istmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak, keadaan ini yang disebut dengan tanda hegar
       2 bulan
        Sebesar telur bebek
       3 bulan 
        Sebesar telur angsa
       4 bulan
       Berbentuk bulat
      5 bulan                       
     Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa bagian-bagian janin dapat dirasakan melalui peraba dinding perut
Sumber :Sulistyawati, 2016, h.60
c)    Posisi rahim dalam kehamilan
pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.
pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelviks. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya  dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
d)   Vaskularisasi Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.
e)    Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron.

2)   Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang di pompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Peningkatan curah jantung selama kehamilan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim.Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak di kirim ke rahim ibu.

3)   Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50%  atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamian 16-24 minggu sampai seaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).


4)   Sistem Gastrointestial
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau kontipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot didalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.
Wanita hamil sering mengalami rasa panas didada (heartburn) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada didalam lambung dan karena relaksasi sfingter dikerongkongan bagian nawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.( Sulistyawati, 2016 h.63)

5)   Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karenaitu, peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan.
Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan masa sel darah merah dan 300 mg untuk tranportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari.


6)   Sistem Muskuloskeletal
Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi dan ligamen pelviks pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelviks untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran.
Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan meningkatnya pergerakan pelviks akibat pembesaran uterus.

7)   Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling puting susu, sedangkan diperut bagian bawah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul dikulit, dan biasanya diatas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering kali tampak ditugkai bawah.

8)   Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum akan keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar - kelenjar asinus yang mulai berskresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan proclatin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesterone dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap a-laktal bulmin akan hilanh. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis lactose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. (Prawirohardjo, 2014,h.179)

9)   Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Berat Badan
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah denganmenggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 1,57 meter. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2 = 20,7.
Nilai IMT mempunyai rentang sebagai berikut.
19,8 – 26,6         : normal.
< 19,8                 : underweight.
26,6 – 29,0         : overweight.
> 29,0                 : obese            
(Sulistyawati, 2016, h. 59-68).

Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan
a)    4 kg pada kehamilan trimester I
b)   0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II dan trimester III.

10)    Sistem pernapasan
Ruang abdomen yang menbesar oleh karena meningkatnya runag rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam kerena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. hidung dan tenggorokan megalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah.

e.    Kebutuhan Ibu Hamil
1)        Kebutuhan Fisik
a)   Diet makanan
Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus di penuhi.Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerpuralis, dan lain-lain.
b)   Kebutuhan energi
  Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kkal per hari.Tambahan energi ini bertujuan untuk memasok  kebutuhan ibu dalam memenuhi kebutuhan janin. Pada trimester I kebutuhan energi meningkat untuk organogenesis atau pembentukan organ-organ penting janin, dan jumlah tambahan energi ini terus meningkat pada trimester II  dan III untuk pertumbuhan janin.
c)   Protein
Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68%.Widya Karya Pangan dan Gizi Nasionel menganjurkan untuk menambah asupan protein menjadi 12% per hari atau 75- 100 gram. Bahan pangan yang dijadikan sebagai sumber protein, seperti daging bahan pangan dengan nilai biologi yang tinggi,seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil 

olahannya.

d)  Zat besi
Anemia sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
  karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat besi selama hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan sebesar 30-60 gram setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia postpartum.Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat memengaruhi efektivitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi, sedangkan kopi, the, garam kalsium, magnesium dan fitat (terkandung dalam kacang-kacangan) akan menghambat penyerapan zat besi. Namun demikian bukan berarti zat makanan yang menghambat penyerapan zat besi tidak bermanfaat bagi tubuh. Zat-zat ini tetap dikonsumsi namun jangan diminum bersamaan dengan tablet zat besi. Berilah jarak waktu kurang lebih dua jam dari pemberian tablet besi.
e)   Asam folat
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal makanan makanan menjadi energy, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Jika kekurangan asam folat maka ibu akan menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka ibu hamil akan terjadi BBLR, ablosia plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang janin ( spina bifida).
Jenis makanan yang mengandung banyak asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau ( bayam, asparagus), daan kacang – kacangan ( kacang kering, kacang kedelai). Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Karena asam folat tidak stabil dalam pemanasan, maka dianjurkan untuk memakan sayuran dalam keadaan mentah dengan dicuci sebelumnya agar sisa pastisida dan cacing hilang.
f)    Kalsium
Metabolisme kalsium selama hamil mengalahi perubahan yang sangat berarti. Kadar kalsium dalam darh ibu hamil turun drastic 5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng.
g)   Obat – obatan
Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar- benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan  ketidaknyamanan yang dialami lebih di anjurkan kepada  pencegahan dan perawatan saja.


h)   Lingkungan yang bersih
Salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang sehat Dan aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena  kemungkinan terpapar kuman dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin akan terminimalisasi. Lingkungan bersih di sini adalah termasuk bebas dari polusi udara seperti asap rokok.
i)Senam hamil
Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkuasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak.
j)     Pakaian
       Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakian ibu hamil
       adalah memenuhi kriteria berikut ini :
1)   Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat
     paddaerah perut.
2)   Bahan pakian usahakan yang mudah menyerap keringat.
3)   Pakailah bra yang menyokong payudara.
4)   Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
5)   Pakian dalam yang selalu bersih.
k)   Istirahat dan rekreasi
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil salah satunya beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu hamil akan mengaami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangatlah penting untuk ibu hamil.pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menetukan posisi yang lebih baik dan nyaman untuk tidur. Hal-hal yang dianjurkan apabila ibu hamil berpergian adalah sebagai berikut :
a)         Hindari pergi kesuatu tempat yang ramai, sesak, dan panas, serta berdiri terlalu lama di tempat itu karena akan dapat menimbulkan sesak nafas sampai akhirnya jatuh pingsan (sinkop).
b)        Apabila berpergian selama kehamilan, maka duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat menyebabkan peningkatan resiko bekuan darah vena dalam (deep vein thrombosis) dan tromboflebilitis selama kehamilan.
c)         Wanita hamil dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam Sehari dan harus berhenti selama 2 jam lalu berjalan selama 10 menit.
d)        Stocking penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk dalam jangka waktu lama di mobil atau pesawat terbang.
e)         Sabuk penganman sebaiknya selalu dipakai, sabuk tersebut   diletakan dibawah perut ketika kehamilan sudah benar.


l)     Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan  eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progestron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh  pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Sering buang air kecil merupakan keluhan umum yang dirasakan oleh ibu hamil terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis, ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang.
m)      Seksual                                                                               
          Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak
         ada riwayat penyakit seperti berikut ini :
(1)      Sering abortus dan kelahiran prematur.
(2)      Perdarahan per vaginam.
(3)      Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan.
(4)      Bila ketuban sudah pecah koitus dilarang karena menyebabkan infeksi janin intrauterin.
n)        Sikap tubuh yang baik (body mechanic).
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, tubuh akan mengadakan penyesuaian fisik dengan pertambahan ukuran janin. perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah lordois karena tumpuan tubuh bergeser lebih kebelakang dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari perubahan ini adalah rasa pega di punggung dan kram kaki ketika tidur  malam hari. Untuk mencegah dan mengurangi keluhan ini perlu adanya sikap tubuh yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai  berikut :
(1)      Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan         terlalu sempit.
(2)      Posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan.
(3)      Tidur dengan posisi kaki ditinggikan.
(4)      Duduk dengan posisi punggung tegak.
(5)      Hindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara
   bergantian untuk mengurangi ketegangan otot).
o)        Perawatan payudara
Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut :
(1)      Hindari pemakain bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat
(2)      payudara.
(3)      Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudra.
(4)      Hindari membersihkan putting dengan sabun mandi karena akan menyebabkan iritasi. Bersihkan putting susu dengan minyak kelapa lalu bias dengan air hangat.
(5)      Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari payudara, berarti produksi ASI sudah dimulai.
p)        Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus.


Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT
      Status
Jenis suntikan TT
Interval Waktu
Lama
Perlindungan
Persentase perlindungan
T0
Belum pernah mendapat suntukan TT



T1
TT1


80
T2
TT2
4 minggu dari TT1
3  tahun
95
T3
TT3
6 bulan dari TT2
5 tahun
99
T4
TT4
Minimal 1 tahun dari TT3
10 tahun
99
T5
TT5
3 tahun dari TT4
Seumur hidup


2)        Persiapan persalinan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk persalinan adalah sebagai berikut :
(1)          Biaya dan penentuan tempat serta penolong persalinan.
(2)          Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil keputusan jika terjadi suatu komplikasi yang membutuhkan rujukan.
(3)          Baju ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya.
(4)          Surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya ASKES, jaminan kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat, dan lain-lain).
(5)          Pembagian peran ketika ibu berada di RS (ibu dan mertua, yang menjaga anak lainnya-jika bukan persalinan yang pertama).
3)        Memantau kesejahteraan bayi
Kesejahteraan janin dalam kandungan perlu dipantau secara terus- menerus agar jika ada gangguan janin dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi dan ditangani. Salah satu indikator kesejahteraan  janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu adalah gerakannya dalam 24 jam. (Sulistyawati, 2016,h.122 -123)
4)        Kunjungan Ulang
Sesuai dengan kebijakan departemen kesehatan, kunjungan minimal selama hamil adalah 4 kali, yaitu 1kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin dilakukan setiap bulan agar segera dapat terdeteksi jika ada penyulit atau komplikasi kehamilan.
5)        Pekerjaan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang dijalaninya  tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk wanita hamil dianjurkan  sesering mungkin. Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya apabila mereka merasakan gangguan dalam kehamilan.
6)        Tanda bahaya kehamilan
Selama kehamilan beberapa tanda bahaya yang dialami dapat dijadikan sebagai data dalam deteksi dini komplikasi akibat kehamilan. Jika pasien mengalami tanda – tanda bahaya ini maka sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan antipasi untuk mencegah terjadinya kematian ibu dan janin. Beberapa tanda bahaya yang penting untuk disampaikan kepada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut :
a)   Perdarahan pervaginam
b)   Sakit kepala hebat
c)   Masalah penglihatan
d)  Bengkak pada muka atau tangan
e)   Nyeri abdomen yang hebat
f)    Bayi kurang bergerak seperti biasanya
( Sulistyawati, 2016, h.143)
7)        Kebutuhan Psikologis
a)   Persiapan saudara kandung (Sibling)
Untuk mencegah Sibling rivalry ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, diantaranya sebagai berikut :
1)        Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia tetap di sayang oleh ayah ibu).
2)        Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya.
3)        Ajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak masih dalam  kandungan.
4)        Ajak anak untuk melihat benda-benda yang berhubungan  dengan kelahiran bayi.
b)   Dukungan keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu dihadapkan pada suatu situasi yang ia sendiri mengalami ketakutan dan kesendirian, terutama pada trimester akhir.
c)   Persiapan menjadi orang tua
Ini sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir akan  banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan  keluarga.Bagi pasangan yang baru pertama punya anak, persiapan  dapat dilakukan dengan banyak  berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi orang tua.
d)  Dukungan dari tenaga kesehatan

     Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya bidan mempunyai tempat tersendiri dalam dirinya. Harapan pasien adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman terdekat dimana ia dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.(Sulistyawati, 2016, h. 145).

1)             Definisi Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Anemia merupakan penurunan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Akibat dari penurunan jumlah sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah, yaitu konsentrasi hemoglobin ( Hb) <11 gr/dl pada trimester I dan III kehamilan, dan < 10,5 gr/dl pada trimester II.

Anemia dalam kehamilan dapat terjadi karena perubahan fisiologi selama kehamilan atau karena ibu sebelumnya telah mengidap anemia sehingga seiring perubahan fisiologi kehamilan yang terjadi, konsentrasi Hb ibu semakin rendah dan keadaan anemia ibu semakin parah.

Seiring dengan hemodilusi yang terjadi pada usia kehamilan 24 minggu dan memuncak pada kehamilan 28-32 minggu menyebabkan kadar Hb dalam tubuh ibu semakin menurun. Hal tersebut haruslah diatasi dengan memberikan tablet Fe, asam folat, vitamin C, B6 dan B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia kekurangan zat besi.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia difisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi usus, perdarahaan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit  (Rukiyah 2014, h.114)

2)             Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering wanita  mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemia. Sebagaii gambaran beberapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut ini :
            Meningkatkan sel darah ibu                               500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta                                    300 mg Fe
Untuk darah janin                                              100 mg Fe
               Jumlah                                                                900 mg Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi ( pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan  sel darah 18 sampi 30%, dan hemoglobin sekitar  19%.  Bila hemoglobi n ibu sebelum hamil sekitar 11 % dengan terjadinya hemodelusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%.

Setelah persalinan sampai dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
( Manuaba, 2014, h.238 ).

3)             Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat dari hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dpaat di golongkan sebagai berikut:
Hb 11 g%          tidak anemia.
Hb 9-10 g%       anemia ringan.
Hb 7-8 g%         anemia sedang.
Hb <7 g%          anemia berat.

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu - ibu hamil dipuskesmas.
( Manuaba, 2014, h. 239).

4)             Klasifikasi Anemia
a)        Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
b)        Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam dan kekurangan vitamin B12.
c)        Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan karena gangguan pembentukan sel-sel darah.
d)       Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya. (Manuaba, 2014., h. 237-239)

5)             Faktor penyebab anemia
Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi. Penyebab lain termasuk infeksi, gangguan pembentukan sel darah, defisiensi folat, dan vitamin B12.( Rukiyah, 2014 h.114)


6)             Patofisiologi anemia pada kehamilan
Perubahan hematologi pada kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 – 65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.(Rukiyah, 2014, h. 115)

7)             Gejala penyebab anemia
Gejala fisik umum dari anemia adalah lesu, lemah, letih, lelah, lalai yang dikenal 5 L. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang – kunang. Serta gejala lebih lanjut kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Gejala lainnya kehilangan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, sensitif terhadap dingin, kulit kering, rambut rontok, dan pucat. (Siti Fatonah, 2016, h.99)

8)             Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah
a)        Komponen (bahan) yang berasal dari makanaan terdiri dari:
(1)      Protein, glukosa, dan lemak.
(2)      Vitamin B12, B6, asam folat, dan vitamin C
(3)      Elemen dasar: Fe, ion Cu dan zink
b)        Sumber pembentukan darah adalah sumsung tulang.
c)        Kemampuan resporpsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.
d)       Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel  darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan  baku untuk membentuk sel darah yang baru.
e)        Terjadinya perdarahan kronis (gangguan menstruasi).
(Manuaba,2014, h. 239)

9)             Pengaruh Anemia pada kehamilan dan janin
a)        Pengaruh anemia terhadap kehamilan:
Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 g %), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
b)        Bahaya saat persalinan: Gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
c)        Pada kala nifas: tejadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerpurium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
d)       Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk; abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah. (Manuaba, 2014, h. 240).

10)         Pengobatan anemia dalam kehamilan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan veses sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relative mudah dan murah. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas.(Manuaba 2014 hal.240)
    Penanganan anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral atau parenteral. Pemberian preparat 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1g%/bulan. Kini, program nasional menganjurkan pemberian kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk prolifilaksis anemia.(Mengkuji 2014 hal.50)

11)   Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh masini tahun 2017 dengan judul pengaruh pemberian tablet fe dan sari kacang hijau terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil
    Penelitian ini menujukkan bahwa pemberian jus kacang hijau dapat meningkat kadar hemoglobin dan sel darah merah. Mengkonsumsi dua cangkir kacang hijau dalam setiap hari berarti telah mengkonsumsi 50% kebutuhan besi dalam setiap harinya yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu pemberian kacang hijau selama 7 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin . karena dalam hasil penelitian bahwa pemberi kacang hijau dosis 18 gr/kg BB/hari dan 36 gr/kg BB/hari efektif terhadap peningkatan kadar hb. Kacang hijau mengandung zat besi sebanyak 2,25 mg dalam setiap setengah cangkir kacang hijau juga mengandung fitat sebeasar 2,19% fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan untuk merendam kacang hijau sebelum mengolahnya, pengolahan kacang hijau melalui perendaman sebelumnya bertujuan memudahkan penyerapan zat besi yang diperlukan untuk maturasi sel-sel darah (Jurnal kebidanan,vol.6,no.12,2017)
12)         Pencegahan dan terapi Anemia
a)        Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
      Makan – makanan yang mengandung zat besi dari bahan makanan hewani ( daging, ikan, ayam, hati, telur ) dan bahan makanan nabati  (sayuran berwarna hijau tua,  kacang - kacangan, tempe). Makan sayur - sayuran dan buah - buahan yang banyak mengandung vitamin C ( daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk).
b)        Menganjurkan ibu untuk sering beristirahat yaitu tidur malam 7 – 8 jam dan siang 1- 2 jam juga hindari istirahat yang berlebihan dan bekerja terlalu berat.
c)        Menganjurkan ibu memperhatikan bodi mekanik ( sikap tubuh) yaitu bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang sesak dan hindari berbaring dalam posisi terlentang
d)       Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 1 × 1 diminum dengan air putih sebaiknya diminum menjelang tidur malam agar tidak terjadi mual dan feses menjadi merah. Tablet fe harus diminum teratur setiap hari untuk menambah darah.
e)        Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan, sakit kepala lebih dari biasanya dan menetap, pandangan kabur, nyeri ulu hati.
f)        Memberitahu keluarga kemungkinan komplikasi perdarahan karena ibu mengalami anemia. ( Rukiyah, 2014, h. 117)
13)         Tablet Tambah Darah
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita mengalami menstruasi sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Wanita yang sedang hamil atau menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. hal yang harus diperhatikan dengan mengkonsumsi tablet tambah darah adalah :
1.    Minum tablet tambah darah dengan air putih, tidak dianjurkan meminumnya dengan teh, susu, atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
2.    Kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan feses berwarna hitam.
3.    Untuk mengurangi gejala sampingan, maka konsumsi tablet tambah darah dianjurkan setelah makan malam dan menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet tambah darah disertai makan buah – buahan seperti pisang, papaya, jeruk, dan lainnya.

14)         Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram. Pada tubuh, zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun. (Fadlun dan Achmad, 2013, h. 37-39)

15)         Asuhan Kebidanan
Jika ditemukannya anemia pada :
a)        Awal kehamilan-Trimester I
Ibu mengeluhkan gejala anemia, hasil pemeriksaan Hb <11gr/dl (9gr/dl-<11gr/dl) dan ibu mengalami mual muntah, berikan asam folat 50 mg/hari, vitamin c dan vitamin B6 sebagai salah satu upaya mengatasi anemia, kemudian lakukan evaluasi kadar Hb setelah 1 bulan kemudian
b)        Pertengahan kehamilan Trimester II
Kadar Hb ibu >10,5/dl (9gr/dl-<11gr/dl) maka berikan tablet besi 60 mg perhari, asam folat 50mg dan vitamin B12. 1 tablet sehari.Lakukan evaluasi 1 bulan kemudian.\
c)        Akhir kehamilan Trimester III
Jika kadar Hb ibu <11mg/dl (9gr/dl-<11gr/dl) maka berikan tablet besi 60 mg perhari, vitamin B12 dan vitamin C. (Irianti dkk, 2014, h. 115)

B.       Persalinan
1.    Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Manuaba,2014,h.164)
2.    Macam - macam partus terdiri dari yaitu :
a.    Partus imaturus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram
b.    Partus prematurus adalah suatu partus dari hasip konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan), berat janin antara 1000 – 2500 gram atau usia kehamilan 23 sampai dengan 36 minggu.
c.    Partus postmatur atau sirotinus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang diperkirakan.
d.   Persalinan normal dalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
( Maternity,2016,h.8)
3.    Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah megupayakan kelangsungan hidup dan mecapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayananan dapat terjaga pada tinkat yang optimal. (Marmi,2016,h.15)
4.    Persalinan Berdasarkan Teknik
a.    Persalinan spontan yaitu persalinan berlangsung dengan kekutan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b.    Persalinan buatan yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ektraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria.
c.    Persalinan anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban pemberian pitocin aprostaglandin.
(Lestari,2019,h.75-76)
5.    Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
a.    Teori penurunan kadar hormone progesteron
Progesteron merupakan hormone penting untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron berfungsi menurunkan kontraktilitas dengan cara meningkatkan potensi membrane istirahat pada sel miometrium sehingga menimbulkan Ca membrane kontraksi berkurang, uterus rileks dan tenang. Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion. reaksi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim.

b.    Teori rangsangan estrogen
Estrogen menyebabkan irritability miometrium, mungkin karena peningkatan konsentrasi actin-myocin dan adenosine tripospat (ATP). Selain itu, estrogen memungkinkan sintesa prostaglandin pada desidua dan selaput sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
c.    Teori reseptot oksitosin dan kontraksi Braxton hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hifosis parst posterior.
d.   Teori keregangan (Distensi rahim)
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter. Misalnya ibu hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah peregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
e.    Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium. (Marmi,2016,h.6-7)


6.                                                                                                                             5. Tanda-tanda dimulainya proses persalinan
a.    Terjadinya His persalinan
Sifat His persalinan adalah :
1)   Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan
2)   Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
3)   Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah
b.    Pengeluaran lendir dengan darah
Terjadinya His persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :
1)   Pendataran dan pembukaan
2)   Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
3)   Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah
c.    Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d.   Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam
1)   Pelunakan serviks
2)   Pendataran serviks
3)   Pembukaan serviks
(Sondakh, 2013, hal. 3)
7.    Penyimpangan Jalan Persalin
Persalinan yang normal (eutasia) menunjukan bahwa ketiga faktor penting yaitu, Power (P), Passage (P), dan Passenger (P) sama dengan baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Selain itu, terdapat faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan wanita dan penolong tetapi kedua faktor tambahan tersebut tidak banyak berfungsi dalam menentukan jalannya persalinan.
Dengan faktor 3P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang memengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinanan untuk mencapai well health baby dan well health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan dari 3P disebut perslinan distosia.
Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat diuraikan sebagai berikut.
a.    Power atau kekuatan His (inersia uteri [primer, skunder], tetania uteri, His yang tidak terkoordinasi) dan mengejan (kelelahan ibu mengejan, salah pimpinan kala kedua).
b.    Passage atau jalan lahir (kelainan bentuk panggul kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik, kelainan jalan lahir lunak).
c.    Passeger (kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia, kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan posisi oksiput , kelainan letak janin, [letak sungsang, letak lintang dan atau letak mengolak], presentasi rangkap [kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat]).
 (Manuaba, 2014, h. 371-389)
8.    Tahapan Persalinan
a.    Kala I
Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase laten yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik., tidak terlalu mules. Fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin, waktu pembukaan serviks sampai sampai pembukaan lengkap 10 cm.
fase pembukaan dibagi menjadi 2  yaitu:
1)   fase laten
berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm
2)   Fase aktif
dibagi dalam 3 fase
a)    fase akselerasi, dalam waktu 2 jam  pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b)   fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam  pembukaan 4cm  menjadi 9 cm
c)    fase deselerasi, pembukaan jadi lambat kembali dalam 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta, gawat janin, inersia uteri.
b.    Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
 lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c.    Kala III
Setelah kal II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai  10 menit. dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch. Karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. jika lebih dari 30 menit, maka harus diberi penanganan yang lebih atau dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan ke segmen perhatikan tanda – tanda :
1.      Uterus menjadi bundar
2.      Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
3.      Tali pusat bertambah panjang
4.      Terjadi perdarahan
d.   Kala IV 
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah :
1.    Tingkat kesadaran penderita
2.    Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.    Kontraksi uterus
4.    Terjadi perdarahan
(Marmi, 2016, h. 11-14)
9.                                                                                                                             8.  Ada beberapa istilah pada masalah partus, yaitu :
1.    Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2.    Partus luas biasa (abnormal) persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
(Walyani,2016,h.4-5)

a.      Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
Asuhan yang sifatnya memberikan dukungan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip Asuhan Sayang Ibu.
Tindakan pendukung dan penenang selama persalinan sangatlah penting dalam kebidanan karena akan memberikan efek yang positif baik secara emosional ataupun fisiologi terhadap ibu dan janin.
Lima kebutuhaan wanita bersalin adalah sebagai berikut :
1)        Asuhan tubuh dan fisik.
2)        Kehadiran seorang pendamping.
3)        Pengurangan rasa nyeri.
4)        Penerimaan terhadap sikap perilakunya.
5)        Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman (Rohani dkk, 2013 ,h.40).
b.      Asuhan Persalinan
1)      Asuhan Persalinan Kala I
a)      Memantau perubahan tubuh pasien  untuk menentukan apakah persalinan dalam proses normal.
b)      Memeriksa respons psikologis dan respons fisik pasien terhadap persalinan.
c)      Memeriksa bagaimana respons bayi terhadap persalinan dan kelahiran.
d)     Membantu pasien untuk memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia dapat berperan serta dalam menentukan asuhan.
e)      Membantu keluarga dalam merawat  pasien selama persalinan, kelahiran, dan asuhan persalinan dini.Menggali masalah secepatnya dan mengambil tindakan yang sepatutntya dengan tepat waktu (sondakh,2013 , h. ).
2)      Asuhan Persalinan Kala II
a)      Pemantauan Ibu
Tanda-tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut:
(1)   Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan trejadinya kontraksi.
(2)   Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina.
(3)   Perineum terlihat menonjol.
(4)   Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
(5)   Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu adalah sebagai berikut :
(1)   Tanda-tanda vital: tekanan darah (setiap 30 menit), suhu, nadi (setiap 30 menit), pernapasan.
(2)   Kandung kemih
(a)    Urin: protein dan keton.
(b)   Hidrasi: cairan, mual, muntah.
(c)    Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku, dan respons terhadap persalinan, serta nyeri.
(d)   Upaya ibu meneran.
(e)    Kontraksi setiap 30 menit (Sondakh, 2013, h. 133).
(3)   Kontraksi
His atau kontraksi harus selalu dipantau selama kala II persalinan karena selain dorongan meneran pasien, kontraksi uterus merupakan kunci dari proses persalinan.
Beberapa kriteria dalam pemantauan kontraksi uterus pada kala II :
(a)    Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit.
(b)   Intensitas kontraksi kuat.
(c)    Durasi lebih dari 40 detik (Sondakh, 2013, h. 115).
(4)   Kemajuan Persalinan
Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan persalinan cukup baik. Menurut Friedmann, durasi waktu untuk kala II rata-rata adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara, dianggap sudah abnormal
(Sondakh,2013.h.).
b)      Pemantauan Janin
Beberapa hal dari janin yang harus selalu diperhatikan adalah:
1)        Denyut jantung janin
(a)       Denyut normal 120-160 kali/menit.
(b)     Perubahan DJJ, pantau setiap 15 menit.
(c)      Variasi DJJ dari DJJ dasar.
(d)     Pemerikasaan auskultasi DJJ Setiap 30 menit.
(e)      Adanya air ketuban dan karakteristiknya (jernih, keruh, kehijauan/tercampur mekonium).
(f)      Penyusupan kepala janin. (Marmi,2016 h. ).
c)      Asuhan Dukungan.
Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1)        Pemberian rasa aman, dukungan, dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin.
2)        Membantu pernapasan.
3)        Membantu teknik meneran.
4)        Ikut srtakan dan hormati leuarga yang menemani.
5)        Berikan tindakan yang menyenangkan.
6)        Penuhi kebutuhan hidrasi.
7)        Penerapan pencegahan infeksi (PI).
8)        Pastikan kandung kemih kosong.
(Sondak,2013.h.134).
3)      Asuhan Persalinan Kala III
a)      Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif kala III selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah-langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir lebih cepat (Sulistyawati, 2013, h. 159).
Tujuan manajemen aktif kala III yaitu mengurangi kejadian perdarahan pascamelahirkan, mengurangi lamanya kal III, mengurangi penggunaan tranfusi darah, mengurangi penggunaan terapi oksitosin.
(Marmi,2016. h:).
b)     Komponen Manajemen Aktif Kala III
(1)      Pemberian oksitosin IM 10 IU segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
(2)      Tali pusat diklem.
(3)      Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan ke belakang).
(4)      Begitu plasenta dilahirkan, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong ke luar setiap gumpalan darah yang ada dalam uterus. (Sondakh,2013 h : )
c)      Kebutuhan Ibu Kala III
Kala III merupakan kala setelah keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu antara lain:
(1)      Memberikan kesempatan kepada ibu untuk segera memeluk bayinya dan menyusuinya.
(2)      Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
(3)      Pencegahan infeksi pada kala III.
(4)      Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
(5)      Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawat daruratan.
(6)      Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
(7)      Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III (Sondakh,, 2013, h. 141).



4)      Asuhan Persalinan Kala IV
a)        Asuhan dan Pemantauan Kala IV
(1)   Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan pascapersalinan.
(2)   Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
(3)   Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Tawarkan ibu untuk makan atau minum yang disukainya.
(4)   Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
(5)   Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu pada posisi yang nyaman.
(6)   Biarkan bayi berada di dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Menyusui juga dapat dipakai sebagai permulaan dalam meningkatkan hubuungan ibu dan bayi.
(7)   Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga dapat membantu proses kontraksi uterus.
(8)   Jika perlu ke kamar mandi, saat ibu dapat bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air krcil tiga jam pascapersalinan.
(9)   Ajarkan ibu dan keluarga mengenai hal-hal berikut :
(a)      Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
(b)     Tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi.
(Marmi,2016, )

Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. (Prawirohardjo, 2014, h. 334)
a.        60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
Melihat Tanda Gejala Kala Dua
1)        Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a)         Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b)        Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.
c)         Perineum menonjol.
d)        Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2)        Memastikan perlengkapan, bahan, dam obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3)        Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4)        Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengair dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5)        Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6)        Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali dipartus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
7)                  Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang.
8)                  Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9)                  Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10)           Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
11)           Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a.         Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b.         Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12)           Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13)           Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
a.       Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b.      Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c.       Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d.      Menganjurkan keluarga untuk beristirahat diantara kontraksi.
e.       Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f.       Menganjurkan asupan cairan peroral.
g.      Menilai DJJ setiap lima menit.
h.      Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipar, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i.        Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j.        Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14)           Jika kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
2)        Letakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
3)        Membuka partus set.
4)        Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
15)           Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm lindungi perineum dengan satu tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
16)           Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
17)           Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
(a)      Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgr, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
(b)     Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
18)           Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
19)           Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
20)           Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan agian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
21)           Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan bayi baru lahir
22)           Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
23)           Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntukan oksitosin/IM.
24)           Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
25)           Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
26)           Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.
27)           Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
28)           Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
29)           Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
30)           Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM. Digluteus atau 1/3 paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
31)           Memindahkan klem pada tali pusat.
32)           Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
33)           Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 menit, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a.       Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
34)           Setelah plasenta terlepas, meminta ibu atau meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a.       Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
b.      Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selam 15 menit, mengulang pemberian ksitosin 10 unit IM, menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu, meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan, mengulang penegangan tali pusat selam 15 menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
35)           Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a.       Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan uterus
36)           Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
37)           Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
a.       Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
38)           Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pascapersalinan
39)           Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
40)           Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% bilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
41)           Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
42)           Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.
43)           Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
44)           Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
45)           Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
46)           Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a.       2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b.      Setiap 15 menit pada 1 jam pascapersalinan.
c.       Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d.      Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e.       Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan tekhnik yang sesuai.
47)           Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
48)           Mengevaluasi kehilangan darah.
49)           Memeriksa tekanan darah, keadaan kandung kemih setiap 15 selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a.       Memeriksatemperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
b.      Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50)           Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
51)           Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.
52)           Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
53)           Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
54)           Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
55)           Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5% membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
56)           Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
57)           Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
(Prawirohardjo, 2014, h.341-347)
C.         MASA NIFAS
1.       Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Walyani,2017,h.1)
2.       Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut.
a.    Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b.    Puerperium Intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
c.    Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. (Walyani,2017,h.2-3)
3.       Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut  :

a.        6-8 jam setelah persalinan
1)   Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2)   Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3)   Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah masa nifas karena atonia uteri.
4)   Pemberian ASI awal
5)   Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6)   Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.        6 hari setelah persalinan
1)   Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)   Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.
3)   Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4)   Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)   Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.        2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
d.       6 minggu setelah persalinan
1)   Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2)   Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Dewi, 2013,h.5)

4.       Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a.         Perubahan sistem reproduksi
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.








Tabel 2.6
Lama TFU Involusi Uerus
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus (gr)
Diameter Bekas Melekat Plasenta (cm)
Keadaan Servik
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000


Uri lahir
2 jari dibawah pusat
750
12,5
Lembek
Satu minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500
7,5
Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari
Dua minggu
Tidak teraba di atas simfisis 
350
3-4
Enam minggu
Bertambah kecil
50-60
1-2
Delapan minggu
Sebesar normal
30


b.        Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, OUE dapat dilalui oleh 2 jari pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh karena robekan kesamping ini terbentuklah bibir depan dan bibir belakang pada serviks.

c.         Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lokia terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bekteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involui. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut :
1)        Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 1-2 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah segar bercampur  sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa vernik kaseosa, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
2)        Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan ,serta berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum. Terdiri dari darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3)        Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.
4)        Lokhea alba/putih
Lockhea ini keluar pada hari 14 sampai selesai nifas, hanya merupakan merupakan cairan putih. lochea yang berbau dan terinfeksi disebut lochea purulenta
(Walyani,2017,h.2-3)
d.        Perubahan Tanda-Tanda Vital
1)        Suhu badan
Suhu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan akan biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi menjadi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
2)        Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit, sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
3)        Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklampsia postpartum.
4)        Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi, bila suhu naik tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
(Dewi, 2013, h. 55-60)

5.       Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.         Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh unutk keperluan metabolisme, kebituhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita Dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.  (Walyani,2017,h.99-100).
b.        Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup unuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari post partum. kegunaan cairan bagi tubuh menyangkut beberapa fungsi berikut:
1.    Fungsi perkemihan
2.    Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
3.    Sistem urinarius
c.         Kebutuhan Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Mobilisasi dini (early mobilization) bermanfaat untuk:
1.        Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium
2.        Ibu merasa lebih sehat dan kuat
3.        Mempercepat involusi alat kandungan
4.        Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik
5.        Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
6.        Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
7.        Mencehat trombosis pada pembuluh tungkai
(Walyani, 2017,h.108-109).
d.        Eliminasi
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan apapun, kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa dilakukann klisma untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.
(Walyani,2017,h.109-110).
e.         Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :
1)        Mandi teratur minimal 2 kali sehari
2)        Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
3)        Menjaga lingkungan sekitar tempat tidur
4)        Melakukan perawatan perineum
5)        Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6)        Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
f.         Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1.                  Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2.                  Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3.                  Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Sulistyawati, 2016 :103).


D.         Bayi Baru Lahir
            1. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakuan penyesuian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
2.    Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1.         Lahir aterm antara 37-42 minggu
2.         Berat badan 2.500-4.000 gram
3.         Panjang badan 48-52 cm
4.         Lingkar dada 30-38 cm
5.         Lingkar kepala 33-35 cm
6.         Lingkar lengan 11-12 cm
7.         Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8.         Pernapasan ± 40-60 x/menit
9.         Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10.     Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
a.         Kuku agak panjang dan lemas
b.        Nilai APGAR >7
c.         Gerak aktif
d.        Bayi lahir langsung menangis kuat
e.         Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi daerah mulut) suda terbentuk dengan baik
f.         Refleks  sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
g.        Refleks moro (gerak memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
h.        Refleks grashping (menggenggam) sudah baik
i.          Genetalia
1.      Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada scortum dan penis yang berlubang
2.      Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora
j.          Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalan 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.


Tabel 2.5
 Tanda APGAR
Tanda
Nilai: 0
Nilai: 1
Nilai: 2
Appearance
(warna kulit)
Pucat/biru seluruh tubuh
Tubuh merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse
(denyut jantung)
Tidak ada
<100
>100
Grimace
(tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif
Activity
(aktivitas)
Tidak ada
Sedikit gerak
Langsung menangis
Respiration
(pernapasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratu
Menangis
Sumber: Dewi, 2013, h. 2-3

Interprestasi:
a.    Nilai 1-3 asfiksia berat
b.    Nilai 4-6 asfiksia sedang

c.    Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)



BAB III
METODE LAPORAN KASUS

A.      Jenis Laporan Kasus
Jenis laporan kasus yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah Study penelaah kasus Continuity of care.
Study kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang dari unit tunggal. Unit tunggal di sini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok disuatu daerah. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara intergratif. (Notoatmodjo, 2014, h. 47)
 (Notoatmodjo, 2014 : 47)

B.       Lokasi Penelitian
1.      Lokasi
Asuhan kebidanan Countinuiti of  Care  pada  Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 32 Minggu hari akan dilaksanakan  di PMB Jl.Ra basyid desa Fajar baru Gg. Murni lampung selatan
     2.   Waktu
Asuhan kebidanan Countinuiti of  Care  ini dilakukan pada tanggal



Subjek laporan kasus pada laporan tugas akhir ini adalah Ny.H umur 32 tahun G3P2A0 dari mulai kehamilan, persalinan, nifas, dan KB.

A.      Teknik Pengumpulan  Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu :
a.       Data primer
1)   Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada ada hubungannya dengan masalah penelitian.(Notoadmodjo 2014 hal. )
Observasi pada Laporan Tugas akhir ini dilakukan pada persalinan menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan.
2)   Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan cara:
a)    Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya.
b)   Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasie untuk memperoleh data tentang pasien,ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data akurat.(sulistyawati 2013 hal)
Pada Laporan Kasus ini peneliti menggunakan metode wawancara dengan auto anamnesis karena anamnesa dilakukan secara langsung kepada pasien.
3)      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan skrining dini terhadap kelainan pada ibu hamil dan janin sehingga penanganan dapat segera dilaksanakan untuk meminimalkan komplikasi.
Pemeriksaan fisik ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dilakukan secara head to toe (kepala hingga kaki).
b.      Data sekunder
1)   Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teori dari permasalahan penelitian.Dua macam pustaka yang dapat dijadikan bahan pustaka dalam penelitian, diantara nya pustaka primer merupakan daftar bacaan dari hasil penelitian atau studi pustaka yang diperoleh dari jurnal penelitian/jurnal ilmiah. Dan pustaka sekunder yaitu pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, teks, indeks, ensiklopedia, dan lain-lain ( Hidayat, 2014, h. 40).
Dalam Laporan  Tugas Akhir penulis menggunakan pustaka primer yang didapat dari beberapa penelitian/jurnal.dan data pustaka sekunder didapat dari sumber buku dll.
2)      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode penumpulan data dengan cara megambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film dokumenter.( Notoadmodjo, 2014, h. 90).
Dalam laporan tugas akhir ini penulis menggunakan study dokumentasi dengan cara mengambil data yang berasal dari buku KIA.

B.  Tri Anggulasi Data
   Tri anggulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.(Sugiyono, 2017 : 330 )
   Pada laporan tugas akhir ini peneliti melakukan cross check kebenaran data atau validasi data dengan tri anggulasi teknik yaitu pengumpulan data yang berbeda namun dengan sumber yang sama yang dulakukan terhadap keluarga dan suami Ny.H dan bidan dimana Ny.H diperiksa.

C.  Instrumen Laporan Kasus
   Instrumen laporan kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. (Notoatmodjo, 2014 : 87)

   Dalam laporan tugas akhir ini penulis menggunakan instrumen primer yaitu format asuhan kebidanan, leflet, jobsheet, lembar cheklist, partograf, alat kesehatan yang dipakai pada saat melakukan asuhan kebidanan seperti leanex dan metlin pada saat kunjungan ANC, partus set pada saat INC, tensimeter, dan stetoskop, dan buku KIA yang sudah terlampir, serta instrumen sekunder yaitu rekam medis, daftar tilik.























Tidak ada komentar:

Posting Komentar