ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE
TERHADAP NY.H
UMUR 32 TAHUN G3P2A0
USIA KEHAMILAN 32 MINGGU
DENGAN PENATALAKSANAAN ANEMIA RINGAN
DI PMB TETY SEPTIANA,S.ST
LAMPUNG
SELATAN
TAHUN 2019
Diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Akedemi
Kebidanan Adila
Bandar Lampung
DISUSUN OLEH :
EKA
SEFTA FAUZIA
201611056P
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadiran allah swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Terhadap Ny.
H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32
minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di
PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung selatan tahun 2019. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis berterima kasih
mendapatkan bimbingan dan bantuan, pada kesempatan ini penulis ingin berterima
kasih kepada :
- Dr. Wazni Adila, M.P.H selaku Direktur STIKES Kebidanan Adila Bandar Lampung.
- Gusrika rambe,M.Keb selaku pembimbing
akademik.
- Tety septiana,S.ST selaku pembimbing lahan.
- Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan pada masa yang akan datang. semoga penulisan Laporan
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar
Lampung, Mei 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... ii
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR
LAMPIRAN................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................... 5
D. Manfaat
Penelitian........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A.Tinjauan Teori Anemia................................................................................ 29
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Laporan .......................................................................................... 123
B. Lokasi dan Waktu.................................................................................... 124
C. Subjek Laporan ....................................................................................... 125
D. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................... 125
E. Instrumen Laporan ....................................................................................127
F. Tri Anggulasi Data ................................................................................... 127
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Kunjungan
ANC 1 .................................................................................. 130
B. Kunjungan
ANC 2 ................................................................................... 146
C. Kunjungan
ANC 3 ................................................................................... 150
D. Kunjungan
INC........................................................................................ 153
E. Kunjungan
PNC 1..................................................................................... 179
F. Kunjungan
PNC 2..................................................................................... 191
G. Kunjungan
PNC 3.................................................................................... 194
H. Kunjungan
PNC 4.................................................................................... 196
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan ANC .................................................................................. 199
B. Pembahasan
INC .................................................................................... 247
C.Pembahasan PNC...................................................................................... 263
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 280
B. Saran ........................................................................................................ 281
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari.......................................... 10
Tabel
2.2 Bentuk Uterus Berdasaran Usia Kehamilan..................................... 11
Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT.................................................................... 25
Tabel 2.4 Lama TFU Involusi Uterus .............................................................. 70
Tabel
2.5 Tabel APGAR.................................................................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Alat dan bahan
2.
Informed consent
3.
Leaflet anemia
dalam kehamilan
4.
Leaflet Tanda
Bahaya Kehamilan
5.
Leafet Persiapan
persalinan
6.
Leaflet Asi
7.
Leaflet Kb
8.
Patograf
9.
Buku KIA
10. Lembar Konsul
CURICULUM VITAE
Nama :
EKA SEFTA FAUZIA
Nim :
201611056P
Tempat/tanggal lahir : Bandar Lampung, 02 September 1997
Alamat : Jalan bhayangkara rajabasa raya Bandar
Lampung
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Adila Bandar Lampung
Angkatan : XI (Sebelas)
Riwayat Pendidikan
·
TK Ismaria :
2003
·
SDN
Negeri 1 Rajabasa Raya : 2009
·
SMP
Negeri 20 Bandar Lampung : 2012
·
SMA
Negeri 13 Bandar Lampung : 2015
·
D III
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung :
2019
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Asuhan kebidanan
Continuity of care merupakan bagian
dari filosofi kebidanan. Continuity of
care mempunyai arti bahwa seorang wanita mengembangkan kemitraan dengan
bidan untuk menerima asuhan selama masa kehamilan, masa persalinan, dan masa
nifas.(Astuti,2017,h.30)
Badan
Kesehatan Dunia atau Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
35 -75% ibu hamil dinegara berkembang dan 18% ibu hamil dinegara maju mengalami
anemia. namun banyak antara mereka yang telah menderita anemia pada saat
konsepsi,dengan perkiraan prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak
hamil dinegara berkembang dari 12% dinegara yang lebih
maju.(Prawirahardjo,2014,h:777)
|
Menurut Riskesdas 2018 didapatkan hasil
anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil di Indonesia, 24% ibu hamil di usia 45-54
tahun, 33,6% ibu hamil di usia 35- 44 tahun, 33,7% ibu hamil di usia 25-34
tahun dan 84,6% ibu hamil di usia 15-24 tahun. Untuk mencegah anemia setiap ibu
hamil diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan. Hasil Riskesdas 2018 ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah
(TTD) ≥90 tablet 38,1% dan <90 tablet 61,9%. (Kementerian kesehatan republik
Indonesia,2018)
Penyebab kematian terbanyak di provinsi Lampung
tahun 2015 adalah perdarahan sebanyak 46 kasus dan salah satu penyebab
perdarahan adalah anemia yang juga merupakan penyebab tidak langsung kematian
ibu terutama dalam kehamilan. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2015,
h. 43)
Cakupan ibu hamil dengan tablet Fe di Provinsi
Lampung tahun 2015 sebesar 83%, dimana capaian ini belum mencapai target yang
diharapkan yaitu lebih dari 92% untuk tablet Fe. Rendahnya konsumsi tablet Fe
inilah yang menyebabkan ibu mengalami anemia. (Profil Dinas Kesehatan Lampung,2015, h. 86)
Anemia merupakan
suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumah
eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut
kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan
yaitu Hb 11g% tidak anemia, Hb 9-10 anemia ringan, Hb 7-8 anemia sedang dan Hb
<7g% anemia berat.( Manuaba, 2014, h.237).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh ristica pada tahun 2013 dengan
judul “tentang faktor risiko kejadian
anemia pada ibu hamil” dapat diketahui
bahwa konsumsi zat besi selama hamil
menunjukkan hubungan sebab akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Konsumsi zat besi <30 butir /bulan menyebabkan anemia pada ibu hamil
dibandingkan ibu hamil dengan konsumsi zat besi >30 butir/bulan. Keperluan
akan zat besi pada kehamilan akan bertambah terutama pada trimester akhir, pada
proses pematangan sel darah merah zat besi diambil dari transferin plasma yaitu
cadangan besi dalam serum. Apabila cadangan plasma tidak cukup maka akan mudah
terjadi anemia. ( Jurnal kesehatan komunitas, vol.2 No.2, 2013)
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia bisa karena kurangnya zat besi untuk pembentukan
darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena
kekurangan zat besi (Rukiyah,2014,h.114)
Dampak
anemia pada kehamilan yang meliputi (abortus, prematur, IUGR, mudah
terinfeksi,molahidatidosa, HEG, perdarahan
antepartum, KPD), persalinan (gangguan his, kekuatan mengedan, kala I
memanjang, Kala II lama, retensio plasenta, perdarahan postpartum, atonia
uteri), nifas (infeksi puerpurium, pengeluaran ASI berkurang, anemia nifas,
infeksi mamae), dan pada bayi ( IUFD , BBLR, cacat bawaan, bayi mudah
terinfeksi). (Manuaba, 2014,h.240)
Pencegahan
dan terapi anemia yaitu setiap tablet untuk
penanggulangan gizi mengandung. Ferro sulfat 200 mg
atau setara 60 mg besi elemental 0,25 mg asam folat. Tablet zat besi yang harus
diminum ibu selama hamil adalah satu tablet tambah darah setiap hari paling
sedikit selama 90 hari pada masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.(Fatonah,2016,h.101)
Pemberian preparat 60 mg / hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr%. (Mangkuji dkk,2013, h.50)
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh masini tahun 2017 didapatkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian tablet fe dan sari kacang hijau terhadap kadar hemoglobin
pada ibu hamil. Di dalam kacang hijau mengandung zat besi sebanyak 2,25 mg
dalam setiap setengah cangkir kacang hijau juga mengandung fitat sebesar 2,19%
fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan untuk merendam
kacang hijau sebelum mengolahnya, pengolahan kacang hijau melalui perendaman
sebelumnya bertujuan memudahkan penyerapan zat besi yang diperlukan untuk
maturasi sel-sel darah.(Jurnal kebidanan,vol.6,no.12,2017)
Dari latar
belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap Ny. H Umur 32 Tahun G3P2A0
usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA S.ST Lampung Selatan
Tahun 2019.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas rumusan masalah pada laporan tugas akhir ini “ Bagaimana
asuhan kebidanan secara Continuity of Care terhadap Ny. H
umur 32 tahun usia
kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung selatan
tahun 2019?”
C.
TUJUAN
1.
Tujuan umum
Memberikan
asuhan kebidanan secara Continuity of Care
terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan
32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB TETY SEPTIANA S.ST Lampung Selatan
Tahun 2019.
2.
Tujuan Khusus
a.
Melakukan
pengumpulan data subjektif yang dilakukan terhadap Ny. H Umur 32 Tahun G3P2A0
Usia Kehamilan 32 Minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB
TETY
SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
b.
Melakukan pengumpulan
data objektif yang dilakukan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0
usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di PMB
TETY
SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
c.
Melakukan analisis data
yang dilakukan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0
usia kehamilan 32 minggu dengan Penatalaksanaan
anemia ringan di
PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan Tahun 2019.
d. Melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penatalaksanaan anemia
ringan terhadap Ny. H umur 32 tahun G3P2A0
usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan anemia ringan di
PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan
Tahun 2019.
e.
Mengidentifikasi
kesenjangan antara teori dan praktik yang telah di lakukan terhadap Ny. H umur
32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu
dengan penatalaksanaan anemia ringan di
PMB TETY SEPTIANA,S.ST Lampung Selatan
Tahun 2019.
D.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi
penulis selanjutnya
Diharapkan dapat
menerapkan teori yang didapatkan dibangku kuliah dalam praktek dilahan serta
memperoleh pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan kebidanan pada
ibu hamil Ny.H
umur 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 32 minggu dengan penatalaksanaan
anemia ringan.
2.
Bagi
klien dan masyarakat
Diharapkan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan pengalaman,
wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of Care serta mutu pelayanan
kebidanan terutama asuhan ibu hamil, bersalin, nifas dan KB.
3.
Bagi
institusi
Diharapkan dengan
adanya hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan
penanganan kasus pada masa kehamilan dengan anemia ringan.
BAB II
Untuk darah janin 100
mg Fe
BAB
III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1.
Kehamilan
a.
Definisi
Kehamilan
Kehamilan
adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke 13 sampang minggu ke 27), dan trimester ketiga 13
minggu (minggu ke 28 hingga minggu ke 40).(Prawiharjdo,2014,h.213)
b. Standar Asuhan
Kebidanan
1)
Kunjungan Antenatal
Care ( ANC) minimal :
a)
Satu kali pada
trimester I ( usia kehamilan 0 – 13 minggu )
b)
Satu kali pada
trimester II ( usia kehamilan 14 – 27 minggu )
c)
Satu kali pada
trimester III ( usia kehamilan 28 – 42 minggu
)
|
(Sulistyawati, 2016, h. 4)
2)
Pelayanan antenatal
yang dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu :
a)
Menimbang berat
badan
b)
Mengukur lingkar
lengan atas ( LILA)
c)
Mengukur tekanan
darah
d)
Mengukur tinggi
fundus uteri ( TFU )
e)
Menghitung denyut
jantung janin ( DJJ )
f)
Menentukan
persentasi janin
g)
Memberikan
imunisasi tetanus toksoid ( TT)
h)
Pemeriksaan
laboratorium
i) Tata laksana/ penanganan kasus
(
Astuti dkk, 2017, h. 124 – 126)
c.
Tujuan
Asuhan Kehamilan
1. Memantau
kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan bayi.
3. Menemukan
secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan komplikasi yang
terjadi selama masa kehamilan.
4. Mempersiapkan
kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi dengan trauma
seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan
ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan dengan normal.
6. Mempersiapkan
ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang secara normal.
(
sulistyawati,2016, h.4)
d.
Perubahan
Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil
1)
Sistem
Reproduksi
a) Ukuran Uterus
Pada kehamilan cukup
bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000
cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomondasi pertumbuhan janin.
Tabel 2.1
TFU Menurut Penambahan Per Tiga
Jari
Usia Kehamilan (Minggu)
|
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
|
12
|
3 jari diatas simpisis
|
16
|
Pertengahan pusat simpisis
|
20
|
3 jari dibawah pusat
|
24
|
Setinggi pusat
|
28
|
3 jari diatas pusat
|
32
|
Pertengahan pusat – prosesus
xiphoideus (px)
|
36
|
3 jari di bawah prosesus xiphoideus
(px)
|
40
|
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
(px)
|
Sumber :Sulistyawati,2016,h.59
b) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa,
dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.
Tabel 2.2
Bentuk Uterus Berdasarkan Usia
Kehamilan
Usia Kehamilan
|
Bentuk dan Konsistensi Uterus
|
Bulan Pertama
|
Seperti buah alpukat
Istmus rahim menjadi hipertropi dan
bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak, keadaan ini yang
disebut dengan tanda hegar
|
2 bulan
|
Sebesar telur bebek
|
3 bulan
|
Sebesar telur angsa
|
4 bulan
|
Berbentuk bulat
|
5 bulan
|
Rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa bagian-bagian janin dapat
dirasakan melalui peraba dinding perut
|
Sumber :Sulistyawati, 2016, h.60
pada permulaan kehamilan, dalam posisi
antefleksi atau retrofleksi.
pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap
berada dalam rongga pelviks. Setelah
itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim
biasanya mobile, lebih mengisi rongga
abdomen kanan atau kiri.
d)
Vaskularisasi Arteri
uterine dan ovarika bertambah dalam diameter panjang, dan anak-anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.
e)
Ovarium
Ovulasi berhenti
namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang
akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron.
2)
Sistem
Kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang di
pompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai
30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Peningkatan curah jantung selama
kehamilan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim.Janin
yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak di kirim ke rahim ibu.
3)
Sistem
Urinaria
Selama
kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya
meningkat (sampai 30-50% atau lebih),
yang puncaknya terjadi pada usia kehamian 16-24 minggu sampai seaat sebelum
persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan
rahim yang membesar).
4)
Sistem
Gastrointestial
Rahim yang
semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi
sembelit atau kontipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot didalam
usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.
Wanita
hamil sering mengalami rasa panas didada (heartburn) dan sendawa, yang
kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada didalam lambung dan karena
relaksasi sfingter dikerongkongan bagian nawah yang memungkinkan isi lambung
mengalir kembali ke kerongkongan.( Sulistyawati, 2016 h.63)
5) Sistem Metabolisme
Janin
membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi
ketika trimester terakhir. Oleh karenaitu, peningkatan asupan kalsium sangat
diperlukan untuk menunjang kebutuhan.
Kebutuhan zat
besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan
masa sel darah merah dan 300 mg untuk tranportasi ke fetus ketika kehamilan
memasuki usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar
dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari.
6)
Sistem
Muskuloskeletal
Esterogen dan
progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi dan ligamen pelviks pada akhir
kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelviks untuk meningkatkan kemampuannya
menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran.
Adanya sakit punggung
dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan meningkatnya pergerakan pelviks
akibat pembesaran uterus.
7)
Kulit
Topeng kehamilan
(cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak dikulit
kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling puting susu,
sedangkan diperut bagian bawah biasanya tampak garis gelap, yaitu spider
angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran seperti laba-laba) bisa
muncul dikulit, dan biasanya diatas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil
yang berdinding tipis sering kali tampak ditugkai bawah.
8)
Payudara
Pada awal kehamilan perempuan
akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara
akan bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat.
Puting payudara akan besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu
cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum akan keluar. Kolostrum ini
berasal dari kelenjar - kelenjar asinus yang mulai berskresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan
proclatin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesterone dan
estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap a-laktal
bulmin akan hilanh. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis lactose dan
pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. (Prawirohardjo, 2014,h.179)
9)
Indeks
Masa Tubuh (IMT) dan Berat Badan
Cara yang
dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah
denganmenggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi
tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg
dan tinggi badan 1,57 meter. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57)2 = 20,7.
Nilai IMT
mempunyai rentang sebagai berikut.
19,8 – 26,6 : normal.
< 19,8 :
underweight.
26,6
– 29,0 : overweight.
>
29,0 :
obese
(Sulistyawati,
2016, h. 59-68).
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan
a) 4 kg pada kehamilan trimester I
b) 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II dan trimester
III.
10)
Sistem
pernapasan
Ruang
abdomen yang menbesar oleh karena meningkatnya runag rahim dan pembentukan
hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari
biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam kerena memerlukan
lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. hidung dan tenggorokan
megalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara
wanita hamil agak berubah.
e.
Kebutuhan
Ibu Hamil
1)
Kebutuhan Fisik
a)
Diet makanan
Kebutuhan
makanan pada ibu hamil mutlak harus di penuhi.Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan,
sepsis puerpuralis, dan lain-lain.
b) Kebutuhan
energi
Widya
Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan
asupan energinya sebesar 285 kkal per hari.Tambahan energi ini bertujuan untuk
memasok kebutuhan ibu dalam memenuhi
kebutuhan janin. Pada
trimester I kebutuhan
energi meningkat untuk organogenesis atau pembentukan organ-organ penting
janin, dan jumlah tambahan energi ini terus meningkat pada trimester II dan III untuk pertumbuhan janin.
c) Protein
Ibu
hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68%.Widya Karya Pangan
dan Gizi Nasionel menganjurkan untuk menambah asupan protein menjadi 12% per
hari atau 75- 100 gram. Bahan
pangan yang dijadikan sebagai sumber protein, seperti daging bahan pangan dengan
nilai biologi yang tinggi,seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan
hasil
olahannya.
d) Zat
besi
Anemia
sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
karena
itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat besi selama hamil
dan setelah melahirkan. Kebutuhan
zat besi selama hamil meningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan
peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama
hamil melainkan perlu ditunjang suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi
dapat diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan sebesar 30-60 gram setiap hari
selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia
postpartum.Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan
pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat memengaruhi
efektivitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen
yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi, sedangkan kopi, the, garam
kalsium, magnesium dan fitat (terkandung dalam kacang-kacangan) akan menghambat
penyerapan zat besi. Namun demikian bukan berarti zat makanan yang menghambat
penyerapan zat besi tidak bermanfaat bagi tubuh. Zat-zat ini tetap dikonsumsi
namun jangan diminum bersamaan dengan tablet zat besi. Berilah jarak waktu
kurang lebih dua jam dari pemberian tablet besi.
e)
Asam folat
Asam
folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat
selama hamil. Asam folat sangat berperan
dalam metabolisme normal makanan makanan menjadi energy, pematangan sel darah
merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan heme. Jika kekurangan
asam folat maka ibu akan menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare,
depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut
dan tidak segera ditangani maka ibu hamil akan terjadi BBLR, ablosia plasenta,
dan kelainan bentuk tulang belakang janin ( spina bifida).
Jenis
makanan yang mengandung banyak asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur
berdaun hijau ( bayam, asparagus), daan kacang – kacangan ( kacang kering,
kacang kedelai). Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Karena
asam folat tidak stabil dalam pemanasan, maka dianjurkan untuk memakan sayuran
dalam keadaan mentah dengan dicuci sebelumnya agar sisa pastisida dan cacing
hilang.
f) Kalsium
Metabolisme kalsium selama hamil mengalahi perubahan yang
sangat berarti. Kadar kalsium dalam darh ibu hamil turun drastic 5%. Oleh
karena itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama kalsium
adalah susu dan hasil olahannya, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng.
g) Obat
– obatan
Sebenarnya jika
kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar- benar berindikasi untuk diberikan
obat-obatan, sebaiknya pemberian obat
dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidaknyamanan
yang dialami lebih di anjurkan kepada pencegahan
dan perawatan saja.
h) Lingkungan
yang bersih
Salah
satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang sehat Dan aman adalah adanya
lingkungan yang bersih, karena kemungkinan
terpapar kuman dan zat toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin akan
terminimalisasi. Lingkungan bersih di sini adalah termasuk bebas dari polusi udara seperti
asap rokok.
i)Senam
hamil
Kegunaan
senam hamil adalah melancarkan sirkuasi darah, nafsu makan bertambah,
pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak.
j)
Pakaian
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pakian ibu hamil
adalah
memenuhi kriteria berikut ini :
1) Pakaian harus longgar,
bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah
perut.
2)
Bahan pakian usahakan
yang mudah menyerap keringat.
3) Pakailah
bra yang menyokong payudara.
4) Memakai
sepatu dengan hak yang rendah.
5) Pakian
dalam yang selalu bersih.
k)
Istirahat dan rekreasi
Dengan
adanya perubahan fisik pada ibu hamil salah satunya beban berat pada perut
sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu hamil akan mengaami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangatlah penting untuk ibu
hamil.pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menetukan
posisi yang lebih baik dan nyaman untuk tidur. Hal-hal
yang dianjurkan apabila ibu hamil berpergian adalah sebagai berikut :
a)
Hindari pergi kesuatu
tempat yang ramai, sesak, dan panas, serta berdiri terlalu lama di tempat
itu karena akan dapat menimbulkan sesak nafas sampai akhirnya jatuh pingsan
(sinkop).
b)
Apabila berpergian
selama kehamilan, maka duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena
dapat menyebabkan peningkatan resiko
bekuan darah vena dalam (deep vein
thrombosis) dan tromboflebilitis
selama kehamilan.
c)
Wanita hamil dapat
mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam Sehari dan harus berhenti
selama 2 jam lalu berjalan selama 10 menit.
d)
Stocking
penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk dalam jangka waktu lama di
mobil atau pesawat terbang.
e)
Sabuk penganman
sebaiknya selalu dipakai, sabuk tersebut diletakan dibawah perut ketika kehamilan sudah
benar.
l)
Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan
dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kemih.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon
progestron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot
polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran
janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makan tinggi serat dan banyak minum air
putih,
terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Meminum air
putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat
merangsang gerak peristaltik usus. Sering buang air kecil
merupakan keluhan umum yang dirasakan oleh ibu hamil terutama pada trimester I
dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis, ini terjadi karena pada
awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong kemih sehingga
kapasitasnya berkurang.
m) Seksual
Hubungan seksual
selama kehamilan tidak dilarang selama tidak
ada
riwayat
penyakit seperti berikut ini :
(1) Sering
abortus dan kelahiran prematur.
(2) Perdarahan
per vaginam.
(3) Koitus
harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan.
(4) Bila
ketuban sudah pecah koitus dilarang karena menyebabkan infeksi janin
intrauterin.
n)
Sikap tubuh yang baik
(body mechanic).
Seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan, tubuh akan mengadakan penyesuaian fisik
dengan pertambahan ukuran janin. perubahan
tubuh yang
paling jelas adalah tulang punggung bertambah lordois karena tumpuan tubuh bergeser
lebih kebelakang dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering
muncul dari perubahan ini adalah
rasa pega di punggung dan kram kaki ketika tidur malam hari. Untuk mencegah dan
mengurangi keluhan ini perlu adanya sikap tubuh yang baik. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
(1) Pakailah
sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan terlalu
sempit.
(2) Posisi
tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak dan pastikan beban terfokus
pada lengan.
(3) Tidur
dengan posisi kaki ditinggikan.
(4) Duduk
dengan posisi punggung tegak.
(5) Hindari
duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara
bergantian untuk mengurangi ketegangan otot).
o)
Perawatan payudara
Payudara
merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang
bayi dalam proses menyusui. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut :
(1) Hindari
pemakain bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang menggunakan busa, karena
akan mengganggu penyerapan keringat
(2) payudara.
(3) Gunakan
bra dengan bentuk yang menyangga payudra.
(4) Hindari
membersihkan putting dengan sabun mandi karena akan menyebabkan iritasi.
Bersihkan putting susu dengan minyak kelapa lalu bias dengan air hangat.
(5) Jika
ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari payudara, berarti
produksi ASI sudah dimulai.
p)
Imunisasi
Imunisasi
selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat
menyebabkan kematian ibu dan janin.Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat
mencegah penyakit tetanus.
Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT
Status
|
Jenis
suntikan TT
|
Interval
Waktu
|
Lama
Perlindungan
|
Persentase
perlindungan
|
T0
|
Belum
pernah mendapat suntukan TT
|
|||
T1
|
TT1
|
80
|
||
T2
|
TT2
|
4
minggu dari TT1
|
3 tahun
|
95
|
T3
|
TT3
|
6
bulan dari TT2
|
5
tahun
|
99
|
T4
|
TT4
|
Minimal
1 tahun dari TT3
|
10
tahun
|
99
|
T5
|
TT5
|
3
tahun dari TT4
|
Seumur
hidup
|
2)
Persiapan persalinan
Beberapa
hal yang harus dipersiapkan untuk persalinan adalah sebagai berikut :
(1)
Biaya dan penentuan
tempat serta penolong persalinan.
(2)
Anggota keluarga yang
dijadikan sebagai pengambil keputusan jika terjadi suatu komplikasi yang
membutuhkan rujukan.
(3)
Baju ibu dan bayi
beserta perlengkapan lainnya.
(4)
Surat-surat fasilitas
kesehatan (misalnya ASKES, jaminan kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat,
dan lain-lain).
(5)
Pembagian peran ketika
ibu berada di RS (ibu dan mertua, yang menjaga anak lainnya-jika bukan
persalinan yang pertama).
3)
Memantau kesejahteraan
bayi
Kesejahteraan
janin dalam kandungan perlu dipantau secara terus- menerus agar jika ada
gangguan janin dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi dan ditangani.
Salah satu indikator kesejahteraan janin
yang dapat dipantau sendiri oleh ibu adalah gerakannya dalam 24 jam. (Sulistyawati,
2016,h.122 -123)
4)
Kunjungan Ulang
Sesuai dengan kebijakan departemen kesehatan, kunjungan
minimal selama hamil adalah 4 kali, yaitu 1kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
II, dan 2 kali pada trimester III. Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin
dilakukan setiap bulan agar segera dapat terdeteksi jika ada penyulit atau
komplikasi kehamilan.
5)
Pekerjaan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang
dijalaninya tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk wanita hamil
dianjurkan sesering mungkin. Seorang wanita hamil disarankan untuk
menghentikan aktivitasnya apabila mereka merasakan gangguan dalam kehamilan.
6)
Tanda bahaya
kehamilan
Selama kehamilan beberapa tanda bahaya yang dialami dapat
dijadikan sebagai data
dalam deteksi dini komplikasi akibat kehamilan. Jika
pasien mengalami tanda – tanda bahaya ini maka sebaiknya
segera
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan antipasi
untuk
mencegah terjadinya kematian ibu dan janin. Beberapa
tanda bahaya yang penting
untuk disampaikan kepada pasien dan keluarga adalah
sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
b) Sakit kepala hebat
c)
Masalah penglihatan
d) Bengkak pada muka atau tangan
e) Nyeri abdomen yang hebat
f) Bayi kurang bergerak seperti biasanya
( Sulistyawati, 2016, h.143)
7)
Kebutuhan Psikologis
a) Persiapan
saudara kandung (Sibling)
Untuk
mencegah Sibling rivalry ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan, diantaranya sebagai berikut :
1)
Jelaskan pada anak
tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia tetap di sayang oleh ayah ibu).
2)
Libatkan anak dalam
mempersiapkan kelahiran adiknya.
3)
Ajak anak untuk
berkomunikasi dengan bayi sejak masih dalam kandungan.
4)
Ajak anak untuk melihat
benda-benda yang berhubungan dengan
kelahiran bayi.
b) Dukungan
keluarga
Ibu
sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari orang-orang
terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu dihadapkan pada suatu situasi yang ia
sendiri mengalami ketakutan dan kesendirian, terutama pada trimester akhir.
c) Persiapan
menjadi orang tua
Ini
sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir akan banyak perubahan peran yang terjadi, mulai
dari ibu, ayah, dan keluarga.Bagi
pasangan yang baru pertama punya anak, persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk
membagi pengalamannya dan memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi orang
tua.
d) Dukungan
dari tenaga kesehatan
Bagi
seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya bidan mempunyai tempat tersendiri
dalam dirinya. Harapan pasien adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman
terdekat dimana ia dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan.(Sulistyawati, 2016, h. 145).
1)
Definisi Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan
adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumah eritrosit dibawah
nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar
sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Anemia merupakan
penurunan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Akibat dari penurunan jumlah
sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah,
yaitu konsentrasi hemoglobin ( Hb) <11 gr/dl pada trimester I dan III kehamilan,
dan < 10,5 gr/dl pada trimester II.
Anemia dalam kehamilan dapat
terjadi karena perubahan fisiologi selama kehamilan atau karena ibu sebelumnya
telah mengidap anemia sehingga seiring perubahan fisiologi kehamilan yang
terjadi, konsentrasi Hb ibu semakin rendah dan keadaan anemia ibu semakin
parah.
Seiring
dengan hemodilusi yang terjadi pada usia kehamilan 24 minggu dan memuncak pada
kehamilan 28-32 minggu menyebabkan kadar Hb dalam tubuh ibu semakin menurun.
Hal tersebut haruslah diatasi dengan memberikan tablet Fe, asam folat, vitamin
C, B6 dan B12. Tetapi yang sering
terjadi adalah anemia kekurangan zat besi.
Banyak faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya anemia difisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat
besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi usus, perdarahaan akut
maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil,
masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit (Rukiyah 2014, h.114)
2)
Kebutuhan
zat besi pada wanita hamil
Kehamilan memerlukan tambahan zat
besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Makin sering wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi
dan menjadi makin anemia. Sebagaii gambaran beberapa banyak kebutuhan zat besi
pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut ini :
Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe
Terdapat
dalam plasenta 300
mg Fe
Jumlah 900 mg Fe
Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjadi
anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi ( pengenceran) dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18
sampi 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobi n ibu sebelum hamil sekitar 11
% dengan terjadinya hemodelusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan
Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%.
Setelah persalinan sampai
dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan kehilangan zat besi sekitar
900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal
sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam
keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
( Manuaba, 2014, h.238 ).
3)
Diagnosis
anemia pada kehamilan
Untuk
menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat dari hamil muda.
Pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.Hasil
pemeriksaan Hb dengan sahli dpaat di golongkan sebagai berikut:
Hb
11 g% tidak anemia.
Hb
9-10 g% anemia ringan.
Hb
7-8 g% anemia sedang.
Hb
<7 g% anemia berat.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal
dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu - ibu hamil dipuskesmas.
( Manuaba, 2014, h. 239).
4)
Klasifikasi
Anemia
a)
Anemia
Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah.
b)
Anemia
Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam dan kekurangan
vitamin B12.
c)
Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan karena
gangguan pembentukan sel-sel darah.
d) Anemia
Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pada pembuatannya. (Manuaba, 2014., h. 237-239)
5)
Faktor
penyebab anemia
Penyebab
paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi. Penyebab lain termasuk
infeksi, gangguan pembentukan sel darah, defisiensi folat, dan vitamin B12.(
Rukiyah, 2014 h.114)
6)
Patofisiologi
anemia pada kehamilan
Perubahan hematologi pada kehamilan
adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta
dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 – 65% dimulai pada
trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar
1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.(Rukiyah, 2014, h. 115)
7)
Gejala
penyebab anemia
Gejala fisik umum dari anemia
adalah lesu, lemah, letih, lelah, lalai yang dikenal 5 L. Sering mengeluh
pusing dan mata berkunang – kunang. Serta gejala lebih lanjut kelopak mata,
bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Gejala lainnya kehilangan
nafsu makan, sulit berkonsentrasi, sensitif terhadap dingin, kulit kering,
rambut rontok, dan pucat. (Siti Fatonah, 2016, h.99)
8)
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah
a)
Komponen
(bahan) yang berasal dari makanaan terdiri dari:
(1)
Protein,
glukosa, dan lemak.
(2)
Vitamin
B12, B6, asam folat, dan vitamin C
(3)
Elemen
dasar: Fe, ion Cu dan zink
b)
Sumber
pembentukan darah adalah sumsung tulang.
c)
Kemampuan
resporpsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.
d)
Umur
sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali
menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang
baru.
e)
Terjadinya
perdarahan kronis (gangguan menstruasi).
(Manuaba,2014,
h. 239)
9)
Pengaruh
Anemia pada kehamilan dan janin
a)
Pengaruh
anemia terhadap kehamilan:
Bahaya selama kehamilan: dapat
terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam
rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 g %), mola
hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD).
b)
Bahaya
saat persalinan: Gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat
berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berangsung lama
sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan,
kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena
atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan
atonia uteri.
c)
Pada
kala nifas: tejadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum,
memudahkan infeksi puerpurium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi
kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi
mamae.
d)
Bahaya
anemia terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
dan rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam
bentuk; abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi
mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah.
(Manuaba, 2014, h. 240).
10)
Pengobatan anemia dalam kehamilan
Untuk
menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum
hamil dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan
veses sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk
cacing relative mudah dan murah. Pemerintah telah menyediakan preparat besi
untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe
diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan Hemaviton. Semua preparat
tersebut dapat dibeli dengan bebas.(Manuaba 2014 hal.240)
Penanganan
anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral atau
parenteral. Pemberian preparat 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak
1g%/bulan. Kini, program nasional menganjurkan pemberian kombinasi 60 mg besi
dan 50µg asam folat untuk prolifilaksis anemia.(Mengkuji 2014 hal.50)
11) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh masini tahun 2017 dengan judul pengaruh
pemberian tablet fe dan sari kacang hijau terhadap kadar hemoglobin pada ibu
hamil
Penelitian
ini menujukkan bahwa pemberian jus kacang hijau dapat meningkat kadar
hemoglobin dan sel darah merah. Mengkonsumsi dua cangkir kacang hijau dalam
setiap hari berarti telah mengkonsumsi 50% kebutuhan besi dalam setiap harinya
yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu pemberian
kacang hijau selama 7 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin . karena dalam
hasil penelitian bahwa pemberi kacang hijau dosis 18 gr/kg BB/hari dan 36 gr/kg
BB/hari efektif terhadap peningkatan kadar hb. Kacang hijau mengandung zat besi
sebanyak 2,25 mg dalam setiap setengah cangkir kacang hijau juga mengandung
fitat sebeasar 2,19% fitat dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga
dianjurkan untuk merendam kacang hijau sebelum mengolahnya, pengolahan kacang
hijau melalui perendaman sebelumnya bertujuan memudahkan penyerapan zat besi
yang diperlukan untuk maturasi sel-sel darah (Jurnal
kebidanan,vol.6,no.12,2017)
12)
Pencegahan
dan terapi Anemia
a)
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
Makan – makanan yang mengandung zat
besi dari bahan makanan hewani ( daging, ikan, ayam, hati, telur ) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau
tua, kacang - kacangan, tempe). Makan
sayur - sayuran dan buah - buahan yang banyak mengandung vitamin C ( daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk).
b)
Menganjurkan ibu untuk sering
beristirahat yaitu tidur malam 7 – 8 jam dan siang 1- 2 jam juga hindari
istirahat yang berlebihan dan bekerja terlalu berat.
c)
Menganjurkan ibu memperhatikan bodi
mekanik ( sikap tubuh) yaitu bangun secara
perlahan
dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang sesak
dan hindari berbaring dalam posisi terlentang
d) Memberikan
ibu tablet Fe dengan dosis 1 × 1 diminum dengan air putih sebaiknya diminum
menjelang tidur malam agar tidak terjadi mual dan feses menjadi merah. Tablet
fe harus diminum teratur setiap hari untuk menambah darah.
e)
Memberitahu ibu tentang tanda bahaya
kehamilan seperti perdarahan, sakit kepala lebih dari biasanya dan menetap,
pandangan kabur, nyeri ulu hati.
f) Memberitahu keluarga kemungkinan
komplikasi perdarahan karena ibu mengalami anemia. ( Rukiyah, 2014, h. 117)
13)
Tablet Tambah Darah
Tablet
tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita mengalami
menstruasi sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.
Wanita yang sedang hamil atau menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi
sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu)
tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari
selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah setiap hari
paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. hal
yang harus diperhatikan dengan mengkonsumsi tablet tambah darah adalah :
1. Minum
tablet tambah darah dengan air putih, tidak dianjurkan meminumnya dengan teh,
susu, atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh
sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
2. Kadang
dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak
enak, mual, susah buang air besar, dan feses berwarna hitam.
3. Untuk
mengurangi gejala sampingan, maka konsumsi tablet tambah darah dianjurkan
setelah makan malam dan menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum
tablet tambah darah disertai makan buah – buahan seperti pisang, papaya, jeruk,
dan lainnya.
14)
Zat Besi (Fe)
Zat besi
merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram. Pada tubuh, zat besi
merupakan bagian dari hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin
berkurang dan akhirnya kadar hemoglobin akan menurun. (Fadlun dan Achmad, 2013,
h. 37-39)
15)
Asuhan
Kebidanan
Jika
ditemukannya anemia pada :
a)
Awal
kehamilan-Trimester I
Ibu mengeluhkan gejala anemia, hasil pemeriksaan Hb <11gr/dl
(9gr/dl-<11gr/dl) dan ibu mengalami mual muntah, berikan asam folat 50 mg/hari, vitamin c dan vitamin B6 sebagai
salah satu upaya mengatasi anemia, kemudian lakukan evaluasi kadar Hb setelah 1
bulan kemudian
b)
Pertengahan
kehamilan Trimester II
Kadar Hb ibu >10,5/dl (9gr/dl-<11gr/dl) maka berikan tablet besi
60 mg perhari, asam folat 50mg dan vitamin B12. 1 tablet sehari.Lakukan
evaluasi 1 bulan kemudian.\
c)
Akhir
kehamilan Trimester III
Jika kadar Hb ibu <11mg/dl (9gr/dl-<11gr/dl) maka berikan tablet
besi 60 mg perhari, vitamin B12 dan vitamin C.
(Irianti dkk, 2014, h. 115)
B.
Persalinan
1.
Pengertian
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Manuaba,2014,h.164)
2.
Macam
- macam partus terdiri dari yaitu :
a. Partus
imaturus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi kurang dari 28 minggu lebih
dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram
b.
Partus prematurus
adalah suatu partus dari hasip konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm
(cukup bulan), berat janin antara 1000 – 2500 gram atau usia kehamilan 23
sampai dengan 36 minggu.
c. Partus
postmatur atau sirotinus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi
2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang diperkirakan.
d.
Persalinan normal dalah
proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu)
(
Maternity,2016,h.8)
3.
Tujuan
asuhan persalinan
Tujuan
asuhan persalinan adalah megupayakan kelangsungan hidup dan mecapai derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayananan dapat terjaga pada tinkat yang optimal. (Marmi,2016,h.15)
4.
Persalinan Berdasarkan Teknik
a.
Persalinan spontan
yaitu persalinan berlangsung dengan kekutan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
b.
Persalinan buatan
yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ektraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria.
c.
Persalinan anjuran
yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban pemberian pitocin
aprostaglandin.
(Lestari,2019,h.75-76)
5.
Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
a.
Teori penurunan kadar
hormone progesteron
Progesteron
merupakan hormone penting untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron berfungsi
menurunkan kontraktilitas dengan cara meningkatkan potensi membrane istirahat
pada sel miometrium sehingga menimbulkan
Ca membrane kontraksi berkurang, uterus rileks dan tenang. Pada akhir kehamilan
terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi
uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion. reaksi otot-otot rahim, sebaiknya estrogen meningkatkan
kontraksi otot rahim.
b.
Teori rangsangan
estrogen
Estrogen menyebabkan
irritability miometrium, mungkin karena peningkatan konsentrasi actin-myocin
dan adenosine tripospat (ATP). Selain itu, estrogen memungkinkan sintesa
prostaglandin pada desidua dan selaput sehingga menyebabkan kontraksi uterus
(miometrium).
c.
Teori reseptot
oksitosin dan kontraksi Braxton hiks
Kontraksi persalinan
tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama dengan persiapan semakin
meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar hifosis parst posterior.
d.
Teori keregangan
(Distensi rahim)
Otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu setelah melewati batas
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Rahim yang
menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga
mengganggu sirkulasi utero plasenter. Misalnya ibu hamil ganda sering terjadi
kontraksi setelah peregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
e.
Teori prostaglandin
Kadar
prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat
persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium. (Marmi,2016,h.6-7)
6.
5.
Tanda-tanda
dimulainya proses persalinan
a.
Terjadinya His
persalinan
Sifat His persalinan
adalah :
1)
Pinggang terasa
sakit dan menjalar ke depan
2)
Sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
3)
Makin beraktivitas
(jalan), kekuatan akan makin bertambah
b.
Pengeluaran lendir
dengan darah
Terjadinya His
persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :
1)
Pendataran dan
pembukaan
2)
Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
3)
Terjadinya
perdarahan karena kapile pembuluh
darah pecah
c.
Pengeluaran cairan
Pada beberapa
kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini
terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan
proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d.
Hasil-hasil yang didapatkan
pada pemeriksaan dalam
1)
Pelunakan serviks
2)
Pendataran serviks
3)
Pembukaan serviks
(Sondakh,
2013, hal. 3)
7.
Penyimpangan Jalan Persalin
Persalinan
yang normal (eutasia) menunjukan
bahwa ketiga faktor penting yaitu, Power
(P), Passage (P), dan Passenger (P) sama dengan baik sehingga
persalinan berlangsung spontan, aterm,
dan hidup. Selain itu, terdapat faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan wanita
dan penolong tetapi kedua faktor tambahan tersebut tidak banyak berfungsi dalam
menentukan jalannya persalinan.
Dengan faktor
3P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang memengaruhi jalannya persalinan,
sehingga memerlukan intervensi persalinanan untuk mencapai well health baby dan well
health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi
penyimpangan dari 3P disebut perslinan distosia.
Kelainan yang
terdapat pada masing-masing faktor dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Power atau
kekuatan His (inersia uteri [primer,
skunder], tetania uteri, His yang
tidak terkoordinasi) dan mengejan (kelelahan ibu mengejan, salah pimpinan kala
kedua).
b.
Passage
atau jalan lahir (kelainan bentuk panggul kesempitan panggul, ketidakseimbangan
sefalopelvik, kelainan jalan lahir
lunak).
c.
Passeger
(kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus,
hidrosefalus, janin makrosomia,
kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi
dahi, kelainan posisi oksiput ,
kelainan letak janin, [letak sungsang, letak lintang dan atau letak mengolak],
presentasi rangkap [kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat]).
(Manuaba, 2014, h. 371-389)
8.
Tahapan Persalinan
a.
Kala I
Pada kala I
persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan
terdiri dari fase laten yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan
mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30
detik., tidak terlalu mules. Fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3
kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm
hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin, waktu pembukaan serviks sampai sampai pembukaan lengkap
10 cm.
fase pembukaan
dibagi menjadi 2 yaitu:
1)
fase laten
berlangsung
selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm
2)
Fase aktif
dibagi dalam 3
fase
a)
fase akselerasi,
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm
b)
fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
4cm menjadi 9 cm
c)
fase deselerasi,
pembukaan jadi lambat kembali dalam 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Komplikasi
yang dapat timbul pada kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta, gawat janin, inersia uteri.
b.
Kala II
Gejala dan
tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin
melalui bukaan introitus vagina, ada
rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi
lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c.
Kala III
Setelah kal II,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai
10 menit. dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada
lapisan nitabusch. Karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai segera setelah
bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. jika lebih dari 30 menit, maka harus diberi penanganan yang lebih atau
dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan ke segmen perhatikan
tanda – tanda :
1. Uterus
menjadi bundar
2. Uterus
terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
3. Tali
pusat bertambah panjang
4. Terjadi
perdarahan
d.
Kala IV
Kala IV dimaksudkan
untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi 2
jam pertama.
Observasi yang
dilakukan adalah :
1. Tingkat
kesadaran penderita
2. Pemeriksaan
tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan
3. Kontraksi
uterus
4. Terjadi
perdarahan
(Marmi, 2016, h. 11-14)
9.
8.
Ada beberapa istilah pada masalah
partus, yaitu :
1. Partus
biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan
tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Partus
luas biasa (abnormal) persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
(Walyani,2016,h.4-5)
a.
Kebutuhan
Dasar Ibu Bersalin
Asuhan yang sifatnya
memberikan dukungan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan.
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan
harus memperhatikan prinsip-prinsip Asuhan Sayang Ibu.
Tindakan pendukung dan
penenang selama persalinan sangatlah penting dalam kebidanan karena akan
memberikan efek yang positif baik secara emosional ataupun fisiologi terhadap
ibu dan janin.
Lima kebutuhaan wanita
bersalin adalah sebagai berikut :
1)
Asuhan tubuh dan fisik.
2)
Kehadiran seorang pendamping.
3)
Pengurangan rasa nyeri.
4)
Penerimaan terhadap sikap
perilakunya.
5)
Informasi dan kepastian
tentang hasil persalinan yang aman (Rohani dkk, 2013 ,h.40).
b.
Asuhan
Persalinan
1)
Asuhan
Persalinan Kala I
a)
Memantau perubahan tubuh
pasien
untuk menentukan apakah persalinan dalam proses normal.
b)
Memeriksa respons psikologis
dan respons fisik pasien terhadap persalinan.
c)
Memeriksa bagaimana respons
bayi terhadap persalinan dan kelahiran.
d) Membantu
pasien untuk memahami apa yang
sedang terjadi sehingga ia dapat berperan serta dalam menentukan asuhan.
e)
Membantu keluarga dalam
merawat pasien selama persalinan, kelahiran, dan
asuhan persalinan dini.Menggali masalah secepatnya dan mengambil tindakan yang
sepatutntya dengan tepat waktu (sondakh,2013 , h. ).
2)
Asuhan
Persalinan Kala II
a) Pemantauan
Ibu
Tanda-tanda dan gejala kala
II adalah sebagai berikut:
(1) Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan trejadinya kontraksi.
(2) Ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina.
(3) Perineum
terlihat menonjol.
(4) Vulva-vagina
dan spingter ani terlihat membuka.
(5) Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah.
Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu adalah
sebagai berikut :
(1) Tanda-tanda
vital: tekanan darah (setiap 30 menit), suhu, nadi (setiap 30 menit),
pernapasan.
(2) Kandung
kemih
(a) Urin:
protein dan keton.
(b) Hidrasi:
cairan, mual, muntah.
(c) Kondisi
umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku, dan respons terhadap
persalinan, serta nyeri.
(d) Upaya
ibu meneran.
(e) Kontraksi
setiap 30 menit (Sondakh, 2013, h. 133).
(3) Kontraksi
His atau kontraksi harus
selalu dipantau selama kala II persalinan karena selain dorongan meneran
pasien, kontraksi uterus merupakan kunci dari proses persalinan.
Beberapa kriteria dalam
pemantauan kontraksi uterus pada kala II :
(a) Frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 10 menit.
(b) Intensitas
kontraksi kuat.
(c) Durasi
lebih dari 40 detik (Sondakh, 2013, h. 115).
(4) Kemajuan
Persalinan
Jika terjadi penurunan janin
selama kala I fase aktif dan memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan
persalinan cukup baik. Menurut Friedmann, durasi waktu untuk kala II rata-rata
adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang
berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara,
dianggap sudah abnormal
(Sondakh,2013.h.).
b) Pemantauan
Janin
Beberapa hal dari janin yang
harus selalu diperhatikan adalah:
1)
Denyut jantung janin
(a) Denyut normal 120-160 kali/menit.
(b) Perubahan
DJJ, pantau setiap 15 menit.
(c) Variasi
DJJ dari DJJ dasar.
(d) Pemerikasaan
auskultasi DJJ Setiap 30 menit.
(e) Adanya
air ketuban dan karakteristiknya (jernih, keruh, kehijauan/tercampur mekonium).
(f) Penyusupan
kepala janin. (Marmi,2016 h. ).
c) Asuhan
Dukungan.
Beberapa asuhan dan dukungan
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1)
Pemberian rasa aman,
dukungan, dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin.
2)
Membantu pernapasan.
3)
Membantu teknik meneran.
4)
Ikut srtakan dan hormati
leuarga yang menemani.
5)
Berikan tindakan yang
menyenangkan.
6)
Penuhi kebutuhan hidrasi.
7)
Penerapan pencegahan infeksi
(PI).
8)
Pastikan kandung kemih
kosong.
(Sondak,2013.h.134).
3)
Asuhan
Persalinan Kala III
a)
Manajemen
Aktif Kala III
Manajemen aktif kala III
selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah-langkah yang memungkinkan
plasenta lepas dan lahir lebih cepat (Sulistyawati, 2013, h. 159).
Tujuan manajemen aktif kala
III yaitu mengurangi kejadian perdarahan pascamelahirkan, mengurangi lamanya
kal III, mengurangi penggunaan tranfusi darah, mengurangi penggunaan terapi
oksitosin.
(Marmi,2016. h:).
b)
Komponen
Manajemen Aktif Kala III
(1) Pemberian
oksitosin IM 10 IU segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
(2) Tali
pusat diklem.
(3) Plasenta
dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus
uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan ke belakang).
(4) Begitu
plasenta dilahirkan, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar
uterus tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong ke luar setiap
gumpalan darah yang ada dalam uterus. (Sondakh,2013 h : )
c)
Kebutuhan
Ibu Kala III
Kala III merupakan kala
setelah keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada
ibu antara lain:
(1) Memberikan
kesempatan kepada ibu untuk segera memeluk bayinya dan menyusuinya.
(2) Memberitahu
setiap tindakan yang akan dilakukan.
(3) Pencegahan
infeksi pada kala III.
(4) Memantau
keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
(5) Melakukan
kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawat daruratan.
(6) Pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
(7) Memberikan
motivasi dan pendampingan selama kala III (Sondakh,, 2013, h. 141).
4)
Asuhan
Persalinan Kala IV
a)
Asuhan
dan Pemantauan Kala IV
(1) Periksa
fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila
uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan pascapersalinan.
(2) Periksa
tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam
pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
(3) Anjurkan
ibu untuk minum untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Tawarkan ibu untuk makan
atau minum yang disukainya.
(4) Bersihkan
perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
(5) Biarkan
ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu pada
posisi yang nyaman.
(6) Biarkan
bayi berada di dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Menyusui
juga dapat dipakai sebagai permulaan dalam meningkatkan hubuungan ibu dan bayi.
(7) Bayi
sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memulai
memberikan ASI. Menyusui juga dapat membantu proses kontraksi uterus.
(8) Jika
perlu ke kamar mandi, saat ibu dapat bangun, pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang
air krcil tiga jam pascapersalinan.
(9) Ajarkan
ibu dan keluarga mengenai hal-hal berikut :
(a) Bagaimana
memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
(b) Tanda-tanda
bahaya pada ibu dan bayi.
(Marmi,2016, )
Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.
(Prawirohardjo, 2014, h. 334)
a.
60
Langkah Asuhan Persalinan Normal
Melihat
Tanda Gejala Kala Dua
1)
Mengamati
tanda dan gejala persalinan kala dua
a)
Ibu
mempunyai keinginan untuk meneran.
b)
Ibu
merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.
c)
Perineum
menonjol.
d)
Vulva-vagina
dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2)
Memastikan
perlengkapan, bahan, dam obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul
oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam
partus set.
3)
Mengenakan
baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4)
Melepaskan
semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengair dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5)
Memakai
satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6)
Mengisap
oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali dipartus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik).
Memastikan
pembukaan lengkap dengan janin baik
7)
Membersihkan
vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang.
8)
Dengan
menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9)
Mendekontaminasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan (seperti diatas).
10)
Memeriksa
Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
Menyiapkan
ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
11)
Memberitahu
ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam
posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
a.
Menunggu
hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan
dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
b.
Menjelaskan
kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12)
Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13)
Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
a.
Membimbing
ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b.
Mendukung
dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c.
Membantu
ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu
berbaring terlentang).
d.
Menganjurkan
keluarga untuk beristirahat diantara kontraksi.
e.
Menganjurkan
keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f.
Menganjurkan
asupan cairan peroral.
g.
Menilai
DJJ setiap lima menit.
h.
Jika
bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120
menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu
multipar, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i.
Menganjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi aman. Jika ibu belum
ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j.
Jika
bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan
pertolongan kelahiran bayi
14)
Jika
kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm letakan handuk bersih
diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
2)
Letakan
kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
3)
Membuka
partus set.
4)
Memakai
sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
15)
Saat
kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm lindungi perineum dengan satu
tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan atau
bernafas cepat saat kepala lahir.
16)
Dengan
lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
(langkah ini tidak harus dilakukan).
17)
Memeriksa
lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
(a)
Jika
tali pusat melilit leher janin dengan longgr, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
(b)
Jika
tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
18)
Menunggu
hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
19)
Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing
sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya kearah bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
20)
Setelah
kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada
dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir
ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan agian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
21)
Setelah
tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior) dari
punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan bayi baru lahir
22)
Menilai
bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
23)
Segera
membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit
ibu-bayi. Lakukan penyuntukan oksitosin/IM.
24)
Menjepit
tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (kearah ibu).
25)
Memegang
tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat diantara dua klem tersebut.
26)
Mengeringkan
bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.
27)
Membiarkan
bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
28)
Meletakan
kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan
kemungkinan adanya bayi kedua.
29)
Memberitahu
kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
30)
Dalam
waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM.
Digluteus atau 1/3 paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
31)
Memindahkan
klem pada tali pusat.
32)
Meletakkan
satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
33)
Menunggu
uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali
pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 menit, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a.
Jika
uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
34)
Setelah
plasenta terlepas, meminta ibu atau meneran sambil menarik tali pusat kearah
bawah dan kemudian kearah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
a.
Jika
tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva.
b.
Jika
plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selam 15 menit,
mengulang pemberian ksitosin 10 unit IM, menilai kandung kemih dan dilakukan
kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu,
meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan, mengulang penegangan tali pusat
selam 15 menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
35)
Jika
plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a.
Jika
selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Pemijatan uterus
36)
Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan
telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
37)
Memeriksa
kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
a.
Jika
uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan
yang sesuai.
38)
Mengevaluasi
adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pascapersalinan
39)
Menilai
ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
40)
Mencelupkan
kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% bilas
kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
41)
Menempatkan
klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm
dari pusat.
42)
Mengikat
satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang
pertama.
43)
Melepaskan
klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
44)
Menyelimuti
kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya
bersih atau kering.
45)
Menganjurkan
ibu untuk memulai pemberian ASI.
46)
Melanjutkan
pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a.
2-3
kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b.
Setiap
15 menit pada 1 jam pascapersalinan.
c.
Setiap
20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d.
Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia uteri.
e.
Jika
ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan dengan anastesi local dan
menggunakan tekhnik yang sesuai.
47)
Mengajarkan
pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.
48)
Mengevaluasi
kehilangan darah.
49)
Memeriksa
tekanan darah, keadaan kandung kemih setiap 15 selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a.
Memeriksatemperatur
tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
b.
Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50)
Menempatkan
semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
51)
Membuang
bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.
52)
Membersihkan
ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
53)
Memastikan
bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
54)
Mendekontaminasikan
daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
55)
Mencelupkan
sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5% membalikkan bagian dalam keluar dan
merendamnya dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
56)
Mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
57)
Melengkapi
partograf (halaman depan dan belakang).
(Prawirohardjo, 2014, h.341-347)
C.
MASA NIFAS
1.
Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak
2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Walyani,2017,h.1)
2.
Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan
masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Puerperium
Dini
Yaitu kepulihan
dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium
Intermediate
Yaitu suatu
kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
c. Puerperium
Remote
Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil
atau persalinan mempunyai komplikasi. (Walyani,2017,h.2-3)
3.
Kebijakan Program
Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan
program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal
ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai
berikut :
a.
6-8 jam setelah
persalinan
1)
Mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
2)
Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3)
Memberikan konseling
pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah masa
nifas karena atonia uteri.
4)
Pemberian ASI awal
5)
Melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
6)
Menjaga bayi tetap
sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b.
6 hari setelah
persalinan
1)
Memastikan involusi
uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)
Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.
3)
Memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4)
Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)
Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.
2 minggu setelah
persalinan
Memastikan rahim
sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
d. 6
minggu setelah persalinan
1)
Menanyakan pada ibu
tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2)
Memberikan konseling
untuk KB secara dini.
(Dewi, 2013,h.5)
4.
Perubahan Fisiologis
Masa Nifas
a.
Perubahan sistem
reproduksi
Pada uterus
terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus
kedalam sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Tabel
2.6
Lama
TFU Involusi Uerus
Involusi
|
Tinggi
Fundus Uteri
|
Berat
Uterus (gr)
|
Diameter
Bekas Melekat Plasenta (cm)
|
Keadaan
Servik
|
Bayi
lahir
|
Setinggi
pusat
|
1000
|
||
Uri
lahir
|
2
jari dibawah pusat
|
750
|
12,5
|
Lembek
|
Satu
minggu
|
Pertengahan
pusat-simfisis
|
500
|
7,5
|
Beberapa
hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari akhir minggu pertama dapat
dimasuki 1 jari
|
Dua
minggu
|
Tidak
teraba di atas simfisis
|
350
|
3-4
|
|
Enam
minggu
|
Bertambah
kecil
|
50-60
|
1-2
|
|
Delapan
minggu
|
Sebesar
normal
|
30
|
b.
Perubahan pada serviks
Serviks
mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari
setelah persalinan, OUE dapat dilalui oleh 2 jari pinggir-pinggirnya tidak
rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan
dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Pada serviks
terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah.
Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa dengan
keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap
terdapat retak-retak dan robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Oleh karena robekan kesamping ini terbentuklah bibir depan dan
bibir belakang pada serviks.
c.
Lokia
Lokia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik
lokia terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bekteri. Lokia
mengalami perubahan karena proses involui. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut :
1)
Lokhea rubra/merah
Lokhea ini
keluar pada hari pertama sampai hari ke
1-2 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
segar bercampur sisa-sisa ketuban,
sel-sel desidua, sisa vernik kaseosa,
lanugo (rambut bayi) dan mekonium.
2)
Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini
berwarna merah kecokelatan ,serta
berlangsung dari hari ke 3
sampai hari ke 7
post partum. Terdiri dari darah bercampur
lendir, warna kecoklatan.
3)
Lokhea serosa
Lokhea ini
berwarna kuning Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.
4)
Lokhea alba/putih
Lockhea
ini keluar pada hari 14 sampai selesai nifas, hanya merupakan merupakan cairan
putih. lochea yang berbau dan terinfeksi disebut lochea purulenta
(Walyani,2017,h.2-3)
d.
Perubahan
Tanda-Tanda Vital
1)
Suhu
badan
Suhu
hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-380 C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila keadaan normal suhu badan akan biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi menjadi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.
2)
Nadi
Denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit, sehabis melahirkan biasanya denyut
nadi itu akan lebih cepat.
3)
Tekanan
darah
Biasanya
tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya pre eklampsia postpartum.
4)
Pernafasan
Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi, bila suhu
naik tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.
(Dewi,
2013, h. 55-60)
5.
Kebutuhan Dasar Ibu
Nifas
a.
Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi
adalah zat yang diperlukan oleh tubuh unutk keperluan metabolisme, kebituhan
gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna
untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari
kebutuhan biasa. Nutrisi
yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus
untuk metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita
Dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan
wanita dewasa + 700 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan
wanita dewasa + 700 kalori. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori
bulan selanjutnya. (Walyani,2017,h.99-100).
b.
Kebutuhan Cairan
Fungsi
cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan
cukup unuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan
zat besi diberikan selama 40 hari post partum. kegunaan cairan bagi tubuh
menyangkut beberapa fungsi berikut:
1.
Fungsi perkemihan
2.
Keseimbangan dan
keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
3.
Sistem urinarius
c.
Kebutuhan Ambulasi
Sebagian
besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung
kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis
pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit
menjadi sehat. Mobilisasi dini (early mobilization) bermanfaat untuk:
1.
Melancarkan
pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium
2.
Ibu merasa lebih
sehat dan kuat
3.
Mempercepat
involusi alat kandungan
4.
Fungsi usus,
sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik
5.
Meningkatkan
kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran
sisa metabolisme
6.
Memungkinkan untuk
mengajarkan perawatan bayi pada ibu
7.
Mencehat trombosis
pada pembuluh tungkai
(Walyani,
2017,h.108-109).
d.
Eliminasi
Pada
persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan
apapun, kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam
setelah melahirkan.
Miksi
hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit
kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi musculus spinchter selama persalinan, juga karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila
sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat
rangsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa dilakukann klisma
untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan
menyebabkan jahitan terbuka.
(Walyani,2017,h.109-110).
e.
Kebersihan diri dan
perineum
Kebersihan diri
berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan
diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan
diri, adalah sebagai berikut :
1)
Mandi teratur minimal 2
kali sehari
2)
Mengganti pakaian dan
alas tempat tidur
3)
Menjaga lingkungan
sekitar tempat tidur
4)
Melakukan perawatan
perineum
5)
Mengganti pembalut
minimal 2 kali sehari
6)
Mencuci tangan setiap
membersihkan daerah genetalia
f.
Istirahat
Ibu post partum
sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan
fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti. Kurang
istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1.
Mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi.
2.
Memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3.
Menyebabkan depresi dan
ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Sulistyawati,
2016 :103).
D.
Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi baru
lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakuan penyesuian diri
dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin.
2.
Ciri-ciri bayi baru lahir normal
1.
Lahir aterm antara
37-42 minggu
2.
Berat badan
2.500-4.000 gram
3.
Panjang badan 48-52
cm
4.
Lingkar dada 30-38
cm
5.
Lingkar kepala
33-35 cm
6.
Lingkar lengan
11-12 cm
7.
Frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit
8.
Pernapasan ± 40-60
x/menit
9.
Kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10.
Rambut lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
a.
Kuku agak panjang
dan lemas
b.
Nilai APGAR >7
c.
Gerak aktif
d.
Bayi lahir langsung
menangis kuat
e.
Refleks rooting (mencari puting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi daerah mulut) suda terbentuk dengan baik
f.
Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik
g.
Refleks moro (gerak memeluk bila dikagetkan)
sudah terbentuk dengan baik
h.
Refleks grashping (menggenggam) sudah baik
i.
Genetalia
1.
Pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada scortum dan penis yang
berlubang
2.
Pada perempuan
kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya
labia mayora dan minora
j.
Eliminasi baik yang
ditandai dengan keluarnya mekonium
dalan 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
Tabel 2.5
Tanda APGAR
Tanda
|
Nilai:
0
|
Nilai:
1
|
Nilai:
2
|
Appearance
(warna kulit)
|
Pucat/biru seluruh tubuh
|
Tubuh merah, ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
Pulse
(denyut jantung)
|
Tidak ada
|
<100
|
>100
|
Grimace
(tonus otot)
|
Tidak ada
|
Ekstremitas sedikit fleksi
|
Gerakan aktif
|
Activity
(aktivitas)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerak
|
Langsung menangis
|
Respiration
(pernapasan)
|
Tidak ada
|
Lemah/tidak teratu
|
Menangis
|
Sumber: Dewi,
2013, h. 2-3
Interprestasi:
a. Nilai 1-3 asfiksia
berat
b. Nilai 4-6 asfiksia
sedang
c. Nilai 7-10 asfiksia
ringan (normal)
METODE
LAPORAN KASUS
A.
Jenis Laporan
Kasus
Jenis
laporan kasus yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah Study
penelaah kasus Continuity of care.
Study
kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus
yang dari unit tunggal. Unit tunggal di sini dapat berarti satu orang,
sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau
sekelompok disuatu daerah. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti
hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi
berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara
intergratif. (Notoatmodjo, 2014, h. 47)
(Notoatmodjo,
2014 : 47)
B.
Lokasi Penelitian
1. Lokasi
Asuhan kebidanan Countinuiti of Care pada
Ny. H umur 32 tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 32
Minggu hari akan dilaksanakan di PMB Jl.Ra
basyid desa Fajar baru Gg. Murni lampung
selatan
2.
Waktu
Asuhan kebidanan Countinuiti
of Care ini dilakukan pada tanggal
Subjek
laporan kasus pada laporan tugas akhir ini adalah Ny.H umur 32 tahun
G3P2A0 dari mulai
kehamilan, persalinan, nifas, dan KB.
A.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis yaitu :
a. Data
primer
1) Pengamatan
(Observasi)
Pengamatan adalah suatu prosedur yang
berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada ada hubungannya
dengan masalah penelitian.(Notoadmodjo 2014 hal. )
Observasi pada Laporan Tugas akhir ini
dilakukan pada persalinan menggunakan partograf untuk memantau kemajuan
persalinan.
2) Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan cara:
a) Auto
anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada
pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
b) Allo
anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada
keluarga pasie untuk memperoleh data tentang pasien,ini dilakukan pada keadaan
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
akurat.(sulistyawati 2013 hal)
Pada Laporan Kasus ini peneliti
menggunakan metode wawancara dengan auto anamnesis karena anamnesa dilakukan
secara langsung kepada pasien.
3) Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan skrining
dini terhadap kelainan pada ibu hamil dan janin sehingga penanganan dapat
segera dilaksanakan untuk meminimalkan komplikasi.
Pemeriksaan fisik ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas dilakukan secara head
to toe (kepala hingga kaki).
b. Data
sekunder
1) Studi
kepustakaan
Studi
kepustakaan
merupakan
kegiatan
penelitian yang
dilakukan
oleh
peneliti
dalam
rangka
mencari
landasan teori dari permasalahan penelitian.Dua
macam
pustaka yang dapat
dijadikan
bahan
pustaka
dalam
penelitian,
diantara
nya
pustaka primer merupakan
daftar
bacaan
dari
hasil
penelitian
atau
studi
pustaka yang diperoleh
dari
jurnal
penelitian/jurnal
ilmiah. Dan pustaka
sekunder
yaitu
pustaka yang diperoleh
dari
berbagai
sumber, seperti
buku, teks, indeks,
ensiklopedia, dan lain-lain ( Hidayat, 2014, h. 40).
Dalam
Laporan Tugas Akhir penulis menggunakan
pustaka primer yang didapat dari beberapa penelitian/jurnal.dan data pustaka
sekunder didapat dari sumber buku dll.
2) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode penumpulan
data dengan cara megambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film dokumenter.( Notoadmodjo, 2014, h. 90).
Dalam laporan tugas akhir ini penulis
menggunakan study dokumentasi dengan cara mengambil data yang berasal dari buku
KIA.
B. Tri Anggulasi Data
Tri anggulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada.(Sugiyono, 2017 : 330 )
Pada
laporan tugas akhir ini peneliti melakukan cross check kebenaran data
atau validasi data dengan tri anggulasi teknik yaitu pengumpulan data yang
berbeda namun dengan sumber yang sama yang dulakukan terhadap keluarga dan
suami Ny.H dan bidan dimana Ny.H diperiksa.
C. Instrumen Laporan Kasus
Instrumen
laporan kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
(Notoatmodjo, 2014 : 87)
Dalam laporan
tugas akhir ini penulis menggunakan instrumen primer yaitu format asuhan
kebidanan, leflet, jobsheet, lembar cheklist, partograf, alat kesehatan yang
dipakai pada saat melakukan asuhan kebidanan seperti leanex dan metlin pada
saat kunjungan ANC, partus set pada saat INC, tensimeter, dan stetoskop, dan
buku KIA yang sudah terlampir, serta instrumen sekunder yaitu rekam medis, daftar
tilik.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar